Jaga Kecukupan Pangan

Kelangkaan pangan bukan hanya disebabkan paceklik, dan bencana alam. Melainkan bisa disebabkan perang antar-negara bisa mengancam kelangkaan pasokan pangan dunia. Terbukti, saat ini telah 22 negara menghentikan ekspor bahan pangan. Sebagian negara juga menghentikan ekspor pupuk karena terlibat perang.

Di dalam negeri, hanya dalam waktu sebulan presiden Jokowi telah 3 kali wanti-wanti potensi kelangkaan pangan. Namun sebenarnya, kelangkaan pangan dunia bisa menjadi peluang ekonomi Indonesia.

Seluruh dunia juga mengkhawatirkan akan terjadi kelangkaan pasokan pangan. Ketidak-pasti-an global. Bisa berujung meningkatkan harga komoditas bahan pangan. Pada sisi demand (konsumsi) terjadi peningkatan seiring bertambahnya populasi. Bahkan di Kawasan ASEAN sudah terjadi pengetatan ekspor pangan. Misalnya, per-1 Juni 2022, Malaysia menghentikan ekspor ayam ke negeri tetangga. Termasuk produk turunan daging ayam (nuget, sosis, dan roti) dilarang diekspor. Singapura kelabakan.

India telah menghentikan ekspor gandum untuk mempertahankan stok pangan dalam negeri. Disebabkan ke-khawatiran gagal panen, karena kekurangan pupuk yang diimpor dari Ukraina. Produsen gandum terbesar dunia, Ukraina dan Rusia, juga tidak dapat meng-ekspor gandum karena perang. Sekaligus tidak bisa menjual Kalium, dan fosfat (sebagai bahan pupuk NPK) ke Indonesia. Beberapa negara penghasilan gandum menghentikan ekspor. Diantaranya, Mesir, Kazakhztan, dan Serbia.

Komoditas pangan lain juga tidak diekspor oleh negara penghasil. Misalnya Turki menghentikan ekspor daging. Begitu pula Kosovo, dan Serbia, menghentikan ekspor jagung. Minyak sayur juga akan langka karena seluruh negara penghasil akan stop ekspor. Serta yang patut diwaspadai, Argentina akan menghentikan ekspor bungkil kedelai, dan minyak kedelai. Indonesia mengimpor senilai US$ 52,08 juta untuk 90 ribu ton kedelai.

Bisa jadi Amerika Serikat (USA) masih sebagai peng-ekspor utama ke Indonesia, meliputi 86,34% total impor kedelai. Berdasar data BPS (Badan Pusat Statistik) nilai impor kedelai dari USA tahun 2021 sebesar US$ 1,29 milyar (sekitar Rp 19 trilyun). Sebagai harga tebus 2,15 juta ton bungkil kedelai. Selama ini untuk dua komoditas bahan pangan (kedelai, dan gandum) Indonesia masih bergantung pada impor.

Karena gentingnya persoalan krisis pangan, presiden Jokowi beberapa kali membahasnya dalam dua pekan. Pertama, pada acara penanaman bibit sorgum dan meninjau panen sorgum di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (2 Juni). Kedua, pada acara Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jumat, 10 Juni. Seakan tidak puas, Jokowi kembali mengangkat bahasan serupa pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2022, berselang 4 hari.

Jagung, kedelai, dan gandum, kini bukan hanya bahan pangan food. Melainkan juga feed (bahan pakan ternak), dan fuel (bahan bakar). Sehingga perburuannya makin sengit. Diantara ketiganya hanya jagung yang bisa ditanam, dan tumbuh baik di Indonesia. Hasil panen nasional jagung tahun 2022 sebanyak 20,1 juta ton (kadar air 15%). Sedangkan kebutuhan jagung untuk industri pangan hanya sebanyak 1,6 juta ton.

Pemerintah memikul tanggungjawab mengelola stabilitas pasokan dan harga pangan. Tercantum dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Pada pasal 13, dinyatakan, “Pemerintah berkewajiban mengelola stabilitas pasokan dan harga Pangan Pokok, mengelola cadangan Pangan Pokok Pemerintah, dan distribusi Pangan Pokok untuk mewujudkan kecukupan Pangan Pokok yang aman dan bergizi bagi masyarakat.”

Secara sistemik pemerintah memiliki disain besar food estate. Terutama menambah areal tanam pangan, dan infrastruktur penunjang. Telah menyelesaikan pembangunan 29 bendungan baru (dari target 65 bendungan) selama 6 tahun terakhir.

——— 000 ———

Rate this article!
Jaga Kecukupan Pangan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: