Jaga Kesinambungan Ulama Senior dan Ulama Muda

Wakil Presiden RI M Jusuf Kalla Didampingi Gubernur Jatim Khofi fah Indar Parawansa saat menghadiri Forum Silaturahmi Gawagis Nusantara di Hotel Wyndham Surabaya, Sabtu (23/2) siang.

Pemprov Jatim, Bhirawa
Hubungan ulama senior dan ulama muda di Indonesia harus saling berkesinambungan. Ini menjadi salah satu kepastian agar regenerasi dakwah terus terjaga. Di sisi lain, keberadaan kiai muda diharapkan dapat melakukan perjuangan dakwah sesuai zamannya.
Hal tersebut menjadi pesan Wakil Presiden M Jusuf Kalla saat menghadiri Forum Silaturahmi Gawagis Nusantara di Hotel Wyndham Surabaya, Sabtu (23/2) siang. Didampingi Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Wapres yang akrab disapa JK itu hadir memberikan pengarahan pada seribu gus yang datang dari penjuru Nusantara.
Dalam kesempatan itu, JK menekankan tentang pentingnya kesinambungan antara ulama senior dan ulama muda. Kesinambungan itu menjadi salah satu kunci dari kemajuan bangsa. Sebab, generasi muda atau yang disebut millenial bukan hanya yang menguasai teknologi saja. Tapi juga yang menguasai kitab. “Karena itulah upaya yang butuh kita lakukan adalah mempersatukan para putra putri ulama, gus-gus dalam rangka kemajuan, karena untuk mencapai itu selalu dibutuhkan kesinambungan antara para senior dan yunior,” kata JK.
JK juga menuturkan, saat ini dibutuhkan khotib atau ustadz yang memahami masalah saat ini. Bukan hanya perkara surga dan neraka, tapi juga butuh ada sesi pada anak muda saat ini tentang bagaimana kemajuan bisa dicapai, teknologi bisa dicapai. “Karena itu saya selalu canangkan 60 persen pendidikan agama, 40 persen pengetahuan umum,” papar JK.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meminta kepada gus-gus dan para kyai muda agar membantu pemerintah dan negara dalam menangkal intoleransi. Ia mengatakan, bahaya intoleransi saat ini semakin hari dirasa mengkhawatirkan. Sehingga para gus gus harus mampu mengisi ruang ruang kosong dengan bekal ilmu agama dan pengetahuan hingga masuk pada pendidikan non pesantren baik di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.
Khofifah menyatakan, berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan lembaga survei Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah terdapat kecenderungan anak muda usia sekolah terjangkiti faham radikalisme dan intoleran.
“Lewat hasil survei tersebut menyebutkan, bahwa dari 34 provinsi se Indonesia anak-anak SMP dan SMA mengalami kristalisasi terhadap format pemikiran yang cenderung intoleran ” ujarnya.
Melihat kondisi itu, Khofifah meyakini bahwa survei tersebut bisa dijadikan referensi bagi gus gus agar bisa masuk ke sekolah-sekolah non pesantren termasuk sekolah negeri terutama SMA/SMK dan perguruan tinggi dengan dialog dan pencerahan sesuai dengan kadar keilmuan yang bersangkutan.
“Mudah mudahan ini menjadi bagian dari singkronisasi dari seluruh energi positif yang ada dalam komunitas gus-gus di IGGI, Asparagus maupun Gawagis,” tegasnya.
Menurutnya, forum ini akan menjadi bagian dari harapan memperkuat resonansi besar di seluruh Indonesia untuk menangkal bahaya radikalsime dan upaya menguatkan toleransi dan moderasi intern maupun antar umat beragama. Gawagis merupakan ulama-ulama muda milenial yang diinisiasi oleh Gus dari Jatim yang keberadaanya terbukti telah memberikan makna substantif bagi kekuatan Ahlu Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) khususnya dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). [tam]

Tags: