Ketua Harian KONI Jatim, N Mabil saat memberikan pembekalan kepada atlet di Gedung KONI Jatim.
Surabaya, Bhirawa
Komunikasi antara pelatih dan atlet sangat diperlukan agar bisa meraih prestasi maksimal. Selain merancang program latihan, pelatih juga berperan menjadi seorang psikolog bagi atlet.
Hal itu dikemukakan oleh Ketua Harian KONI Jatim, M Nabil saat memberikan pembekalan kepada atlet di KONI Jatim. Menurutnya Kedekatan antara atlet dan pelatih tidak bisa dihindari karena mereka setiap hari bertemu dan berjuang bersama-sama meraih prestasi yang akan dicapai.
Tugas berat seorang pelatih tidak hanya dituntut meningkatkan teknik dan fisik atlet, tapi mereka juga harus menjadi psikolog jika ada atlet memiliki masalah. Sehingga komunikasi pelatih dan atlet harus terjalin,” kata M Nabil.
KONI Jatim mengingatkan agar seluruh komponen olahraga yang masuk dalam Puslatda bisa berkomunikasi dengan baik.
“Kita harus bisa menjaga intensitas komunikasi. Jangan sampai muncul masalah-masalah menjelang PON,” kata Ketua Harian KONI Jatim saat memberi sambutan dalam acara pembekalan bagi atlet di Gedung KONI Jatim, Surabaya, M Nabil.
Menurutnya, berdasarkan hasil evaluasi sebelum hingga usai PON XIX 2016 Jawa Barat, kalahnya beberapa atlet bukan karena faktor teknis. Banyak faktor non-teknis yang mengganggu mental atlet menjadi penyebab.
Karena itu, ia mengajak semua pihak terutama pengurung cabang olahraga untuk bisa berkomunikasi dengan baik. “Kalau ada masalah kami sangat terbuka untuk mendengar keluhan para atlet. Apalagi, setiap Selasa kata Pak Erlangga itu buka pasar untuk mendengar unek-unek dari atlet atau cabor,” jelasnya.
Selain itu, dalam acara ini pula diberikan motivasi dari Guru Besar Unesa bidang Sport Science Prof Toho Cholik, dan Guru Besar Unair jurusan Psikologi Prof Suryanto.
Sementara itu Prof Toho Cholik mengatakan, atlet harus bersikap terbuka kepada pelatih tentang kondisinya. “Jika memang ia cidera dan tidak bisa diturunkan dalam pertandingan harus dikomunikasikan ke pelatih,” katanya. [wwn]
