Jaga Mentalitas Idul Fitri

foto ilustrasi

Moralitas Ramadhan, secara umum berhasil menjaga hubungan sosial lebih baik. Walau tidak seluruh umat Islam, berhasil “menjaga puasa” dengan perilaku yang mengiringi kewajiban agama. Masih terdapat muslim yang terjaring OTT (Operasi Tangkap Tangan) oleh KPK. Serta perilaku kriminalitas lain. Di Arab Saudi, teroris berniat meledakaan bom bunuh diri. Sehingga tidak dapat merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Hasil gemilang puasa Ramadhan, seharuarusnya tercermin setelah Idul Fitri.
Di Jawa Timur, beberapa anggota DPRD (Propinsi dan Kota Mojokerto), terjaring OTT KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Di Bengkulu, Gubernur (beserta istri) juga mengalami ke-apes-an yang sama. Masih ada yang mencuri harta orang lain (dan harta negara). Di luar negeri, ada yang “mencuri” dendam dengan menebar teror. Termasuk percobaan peledakan bom bunh diri di dekat masjidil Haram, Makkah (Jumat terakhir Ramadhan 1438 H). Satu pelaku meledakkan diri, sekaligus menyebabkan bangunan apartemen runtuh.
Aktifitas sehari-hari setelah puasa Ramadhan sudah mulai kembali ke rutinitas “biasa” lagi. Namun sebenarnya Ramadhan memiliki fungsi rekreatif yang sangat bermanfaat untuk memulihkan spirit dan inovasi. Selama sebulan puasa, hampir seluruh paradigma dan kinerja terlaksana dengan “standar” Ramadhan.
Selama sebulan puasa, terasa lebih ramah dengan inner quotient (kecerdasan dari dalam diri). Sukses mengendalikan diri bukan hanya takut terhadap Karena inner-quotient itu pula, hiburan malam tutup. Maksiat dan pekat (penyakit masyarakat) yang lain juga turut menyurut, karena situasi sosial yang baik. Namun pada sekelompok orang (komunitas eksklusif) ada juga yang coba menyusupi situasi khidmat Ramadhan dengan tindakan jahat.
Namun situasi umum (dan sosial) respons terhadap Ramadhan sudah lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Juga “kerja sosial” pemerintah terasa lebih melayani hajat kultural Ramadhan. Misalnya, dengan menyediakan angkutan mudik dan balik lebaran, dengan mengerahkan moda transportasi darat (bus dan keretaapi) serta laut. Tahun ini, kerja sosial pemerintah (serta pemerintah daerah) ditambah dengan penyediaan angkutan kargo sepedamotor pemudik.
Pemerintah memiliki kewajiban mengamankan (dan me-nyaman-kan) bulan puasa Ramadhan sampai diujungnya (hari raya Idul Fitri). Hal itu disebabkan rangkaian Ramadhan-Idul Fitri, sudah menjadi bagian sosial-budaya paling kolosal. Didalamnya juga terdapat nilai ke-ekonomi-an sangat tinggi (melebihi bulan-bulan sebelumnya). Bahkan pejabat publik (politik) memanfaatkannya sebagai momentum pencitraan politik.
Pemerintah daerah (kabupaten dan kota) menghias kantor dengan lampu penjor hias kerlap-kerlip, menyambut Idul Fitri. Yang pulang dari boro rantau makin bahagia menumpahkan kerinduan. Yang menerima kedatangan juga berbahagia memperoleh “jatah” riayan. Sebagian Kepala Desa, bisa memanfaatkan warga perantauan untuk berpartisipasi membangun kampung.
Secara nasional, “jatah” riayan ditaksir mencapai Rp 36 trilyun. Itu tidak termasuk ongkos transportasi. Biaya mudik, bisa separuh atau kadang setara dengan sisa uang di kantong. Jadi, dalam setiap musim mudik, diperkirakan menebar dana sekurang-kurangnya senilai Rp 70-an trilyun. Angka ini juga hanya pengeluaran perorangan dan perusahaan (Tunjangan Hari Raya, THR), belum termasuk biaya iklan di media cetak dan media elektronik.
Itulah berkah bulan Ramadhan yang berujung Idul Fitri. Nilai THR tahun ini mencapai Rp 38 trilyun lebih, yang ditunaikan oleh perusahaan. Hanya “jatah” parcel yang sedikit berkurang, karena khawatir “di-tipikor-kan.” UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Korupsi, memang cukup nggegirisi. Seluruh arus keuangan diperkirakan masih dalam koridor halal.
Seluruh aktifitas Ramadhan sampai Idul Fitri, terbukti plong secara ke-ekonomi-an, plong secara hukum dan sosial-politik. Juga plong secara spiritual, mencerahkan pemikiran. Maka “standar” (perilaku) Idul Fitri, patut dilanjutkan.

                                                                                                                      ———   000   ———  

Rate this article!
Tags: