Jalan Desa Disulap Mirip Kedai Kopi, Sekali Seduh Kita Semua Bersaudara

 Bupati Abdullah Azwar Anas ikut hadir mencicipi kopi dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu di desa adat Suku Osing, Minggu (23/11) malam.


Bupati Abdullah Azwar Anas ikut hadir mencicipi kopi dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu di desa adat Suku Osing, Minggu (23/11) malam.

Banyuwangi, Bhirawa
Kampung adat Osing, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, menjelma menjadi lautan kopi, Minggu (23/11) malam.   Ribuan masyarakat menyemut menghadiri Festival Ngopi Sepuluh Ewu Kopi. Ngopi gratis itu berlangsung di sepanjang jalan utama Desa Kemiren. Masing-masing rumah yang berdiri di sepanjang jalan desa adat Banyuwangi itu membuat pondok mirip kopi dilengkapi meja, kursi, teko dan cangkir berisi kopi seduhan yang masih panas.
Festival Ngopi Sepuluh Ewu  di desa adat Suku Osing menyajikan kopi berikut ragam jajanan pelengkap kopi gratis untuk semua pengunjung. Siapapun yang berkunjung ke Desa Kemiren malam itu dipersilakan nyeruput kopi asli Banyuwangi.
Tidak hanya menyajikan minuman kopi, masyarakat Osing juga menyuguhkan makanan dan jajanan khas seperti rengginang, keripik gadung, ketan, pisang rebus, serabi, lanun, lopis dan klemben (bolu kering khas Banyuwangi).
Ratusan kepala keluarga menghidangkan kopi berikut jajanan di depan rumah untuk 10.000 cangkir. Bahkan untuk memasak sajian yang disuguhkan masyarakat telah menyiapkan mulai jam 07.00. “Isun mulai nyiapaken kopai lan jajanan ikiae mulai wesuk, yo mung kanggo para acara ngopi bareng,” kata Inayah, warga Kemiren di sela-sela acara.
Festival  ide diinisiasi dari kebiasaan ngopi warga Kemiren sebagai cara mempererat jalinan silaturahim antar masyarakat Osing yang sudah terkenal keramahan dan keluwesannya. Sekali seduh kita semua bersaudara. Begitu kira-kira untuk mengungkapkan filosofi dalam festival Ngopi Sepuluh Ewu ini. “Saya bangga warga Using sekarang ini dikenal masyarakat dan budaya kami dicintai,” kata Asamat.
Acara Ngopi Sepuluh Ewu kian semarak dengan hadirnya Bupati Abdullah Azwar Anas. Ia ikut festival ini dengan berjalan kaki dari pintu masuk Desa Kemiren hingga ke Balai Desa Kemiren. Sambil menyapa dan menyalami satu per satu warga, Bupati Anas juga mampir ke setiap kedai kopi depan rumah warga untuk mencicipi jajanan di festival ini. “Warga Kemiren memang suka sedekah, tak heran meski sudah tua warga Kemiren masih tampak sehat-sehat,” kata Bupati Anas.
Festival  ini kata Bupati Anas juga merupakan contoh mempertahankan tradisi gotong royong karena semua acara digarap bersama-sama oleh warga warga.  “Kalau tradisi gotong royong ini diikuti warga Banyuwangi secara keseluruhan dan masyarakat Indonesia, pasti tidak pernah ada salah paham. Semua bisa diselesaikan dengan duduk bareng,” bupati menambahkan.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Yanuar Bramuda menjelaskan dalam festival warga Osing menyajikan 10.000 cangkir kopi. “Total ada 250 kilogram biji kopi yang disangrai, lalu diolah sedemikian rupa hingga menjadi kopi dengan cita rasa terbaik,” ujarnya.
Dia mengatakan, festival ini untuk memperkenalkan kekayaan kopi Banyuwangi yang memproduksi rata-rata hampir 3.900 ton kopi per tahun dari sekitar 3.800 hektare perkebunan kopi. [nan]

Tags: