Jalan Desa Sumber Wringin Diperbaiki, Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Baru

Wisatawan kopi di kampung kopi milik M Hasan.

Wisatawan kopi di kampung kopi milik M Hasan.

Kampoeng Kopi di Bondowoso
Kabupaten Bondowoso, Bhirawa
Indonesia memiliki kekayaan kopi yang tersebar di beberapa wilayah. Salah satunya di Jatim, tepatnya di Bondowoso. Perkebunan kopi ini terbentang di dekat akses menuju kawasan wisata Kawah Ijen.
Kawasan perkebunan kopi yang saat ini menjadi pusat kopi rakyat Bondowoso berada di kawasan Kecamatan Sumber Wringin dan menjadi satu-satunya akses menuju kawasan wisata Kawah Ijen melalui jalur Bondowoso. Pusat kopi rakyat ini rencananya akan segera dinobatkan menjadi Kampoeng Kopi.
“Dalam waktu dekat, sepanjang jalan di Desa Sumber Wringin ini akan ditetapkan menjadi Kampoeng Kopi. Segalanya sudah disiapkan oleh warga setempat,” kata Kasubag Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Bagian Humas Pemkab Bondowoso Probo Nugroho.
Mendirikan kawasan Kampoeng Kopi yang merupakan inisiatif warga setempat sudah menjadi kewajaran. Karena, Kabupaten Bondowoso populer sebagai daerah penghasil kopi berkualitas ekspor yang tak diragukan lagi.
Kualitas kopi di daerah ini sudah memiliki Sertifikat Indikasi Geografis. Seperti Java Ijen Raung dan jenis kopi lainnya. Hal itu secara otomatis membuat Bondowoso jadi sorotan dunia. Kini, kopi asal Bondowoso sudah banyak dijumpai di Swiss dan banyak negara di Eropa dan Timur Tengah.
Pemerintah bersemangat untuk terus mengenalkan nama Bondowoso dengan penghasil kopi yang sudah mendunia. Bahkan Kopi Arabika  terus dipublikasikan sebagai ikon Kabupaten Bondowoso.
Pemerintah setempat juga terus mendorong dan memberi memotivasi kepada para petani kopi untuk meningkatkan nilai jual dengan membuka kedai kopi di Kecamatan Sumber Wringin yang merupakan akses jalan menuju Kawasan Wisata Alam Kawah Ijen.
Petani diharapkan tidak hanya menjual dalam bentuk bahan mentah. Nilai tambah bisa dinikmati jika petani mampu menyiapkan yang sudah siap saji. Bicara kopi, ya Bondowoso.
Melintasi jalan yang akan segera menjadi Kampoeng Kopi itu, para wisatawan langsung dihadapkan dengan hamparan kebun kopi yang sudah siap menyambut para wisatawan.
Kebun kopi yang mudah diakses untuk wisatawan, berinteraksi langsung dengan sang petani kopi adalah kebun kopi yang dikelola Muhammad Hasan (52), Desa Sukorejo, Sumber Wringin.
Kebun kopi yang dikelola Hasan bersama anaknya, Ferry itu diperkirakan ada 30 ribu pohon. Setiap harinya, hutan kopi itu dirawat oleh 15 pekerja atau buruh tani. “Kebun kopi ini, dipanen setiap Mei atau April,” aku Hasan ditemui di tengah-tengah kebun yang dikelolanya.
Di saat panen, Hasan harus mengerahkan 30 atau 40 orang yang akan memanen kopi miliknya. Jenis pohon kopi yang ditanam menurut  Hasan adalah jenis Arabica dan Afrikana. “Jenis Afrikana, jika sudah tua bijinya warnanya kuning,” kata Hasan memberitahu pada setiap wisatawan yang datang ke kebunnya.
Pohon kopi yang ditanam Hasan hidup di atas tanah milik Perhutani. “Bibit kopi yang saya tanam dari petani sendiri. Nantinya, jika sudah panen, sepertiga dari pendapatan masuk ke pihak Perhutani, dua pertiga masuk ke pengelola (petani). Perhutani hanya modal tanah saja,” katanya.
Menjelajah di kebun kopi milik yang dikelola Hasan itu, banyak hal yang diketahui oleh para wisatawan. Salah satunya, wisatawan bisa mengetahui secara langsung jenis kopi yang ada di pasaran. Hingga metode manual untuk menghilangkan penyakit yang ada di daun kopi.
“Jika ada daun kopi yang dimakan ulat, harus segera dipangkas. Jika tidak, bisa menjalar ke daun lainnya,” ujar Hasan sembari mencari daun yang berlubang karena dimakan ulat.
Menurut Hasan, kebun yang ditanganinya itu sudah menjadi langganan kunjungan Bupati Bondowoso, para menteri dan para peneliti kopi dari berbagai negara di dunia. “Jika peneliti dari negera luar, pertama kali yang dilihat bukan pohon dan biji kopinya, tapi tanahnya yang langsung dicium,” katanya.
Saat ini menurut Hasan kebun kopinya sudah banyak dikunjungi wisatawan mancanegara untuk menyaksikan langsung proses perawatan kopi hingga panen. Atau bahkan untuk melakukan penelitian seperti yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa dari Unair Surabaya dan lainnya selain mereka juga langsung menuju kawasan Wisata Kawah Ijen. [Samsul Tahar]

Tags: