Jalan Industri Tambak Sawah Sidoarjo Kian Hancur

4-alan-rusak-di-akses-ui_663_382Sidoarjo, Bhirawa
Banjir yang selalu menerjang akses jalan di kawasan industri Tambak Sawah, Kec Waru, perlu dipecahkan sendiri oleh pemilik lahan di industri yang berdiri di situ dengan meningkatkan kualitas jalan. Kalau perbaikannya dengan cara parsial tak akan menyelesaikan banjir yang selalu menjadi langganan.
Kadis PU Bina Marga, Ir Sigit Setyawan, Rabu (3/8) mengatakan, yang paling didahulukan adalah kebersamaan kepentingan dari pemilik industri bahwa jalan satu-satunya ini harus dipelihara dengan baik. Karena ini merupakan urat nadi yang sangat vital. Kalau tak ada perbaikan, maka selamanya jalan itu menjadi kolam air setiap tiba musim hujan. Pabrik minyak goreng di timur jalan itu sudah berinisiatif membangun jalan sendiri depan pabriknya. Tetapi karena yang ditinggikan hanya jalan depan pabriknya, maka aliran air dari barat mengantong menjadi sungai setinggi lutut bahkan paha orang dewasa dan ini menjadi kerugian pabrik tetangganya sendiri
Sudah lama jalan kawasan industri Tambak Sawah menjadi masalah yang tak ada ujungnya. Pemilik industri sudah pernah urunan meningkatkan jalan dengan paving. Karena tak ditinggikan maka peningkatan ini menjadi tak efektif ketika hujan tiba. Pangkal masalahanya sebenarnya badan jalan terlalu rendah, dibawah elevasi permukaan air laut. Kendati hujan tak deras sudah banjir. Apalagi kalau hujan disertai roob yakni air laut yang masuk ke daratan karena gelombang alam.
Sementara pemilik warung nasi campur, Bu Ani, mengeluhkan warungnya terpaksa tutup kalau banjir. Karena tak ada pembelinya. Biasanya pelanggannya sopir truk kontainer atau truk angkutan yang masuk ke gudang-gudang atau pabrik sekitarnya. Bila hujan lebat, sopir truk itu tak berani menembus banjir. ”Kalau banjirnya 1 meter, truk kelas II dan III itu tak berani masuk. Angkutan itu tertahan di Jl Raya Tropodo,” ucapnya.  Jalan paving yang baru dipasang menjadi cepat rusak sehabis banjir.
Sigit menambahkan, pemilik industri harus duduk satu meja untuk membicarakan banjir. Tak bisa membawa egoismenya. Mereka harus membentuk panitia bersama untuk meningkatkan jalan dengan meninggikan jalan pada posisi aman. ”Itu memang keliru sejak awalnya. Jalan itu dibangun tak memperhatikan elevasi air,” tandasnya.
Makanya kenapa jalan industri Tambak Sawah jauh lebih rendah dari permukaan jalan raya Tropodo. Jalan industri itu membentuk kantong-kantong yang justru menjadi tempat penampungan air.
Sumber Bhirawa menjelaskan, 10 tahun lalu pemilik industri berpatungan untuk membangun jalan. Namun ada saja pabrik yang mokong dengan tak mau urunan. ”Ada satu pabrik yang mokong tak urunan saja membuat tim panitia kelabakan. Tetapi untungnya pabrik lain berjiwa besar dengan menutup kekurangan beaya itu,” ujar sumber yang tak mau namanya ditulis.
Kawasan industri ini diakui menjadi tanggung jawab pengelola kawasan, tetapi karena pengelola kawasan sudah tutup akhirnya tanggungjawab perbaikan infrastruktur ditanggung pemilik lahan di kawasan industri itu sendiri. upaya berikutnya sama dengan patungan lagi, tetapi tak memperoleh tanggapan. Akhirnya sekitar tahun 2009, pabrik minyak goreng meninggikan jalan depan pabriknya. Kini pabrik itu aman, setiap hujan, armada truknya tak terganggu. Namun muncul persoalan mobil karyawan tak bisa masuk karena genangan banjir sampai satu meter sudah menjemput mulai dari barat jalan pabriknya. [hds]

Tags: