Jalan di Mall Ditawari Hati Onta Penguat Stamina

[Perjalanan Religi Ibadah Umrah di Tanah Suci Bagian II (Habis)]

MARI pak, hati onta supaya kuat dan tahan lama,” teriak Ilham berulangkali. Suaranya keras dan sangat cepat seperti penjual jamu di emperan toko Pasar Keputran. ”Ayo pak, onta juga punya hati,” teriaknya sedikit membanyol untuk menawarkan jamunya.
Tentu saja, interaksi dengan Bahasa Indonesia terdengar tak aneh bila ditemukan di pasar-pasar atau di kaki lima di Surabaya dan sekitarnya. Cara menjual dagangan dengan memberi bumbu-bumbu penyedap untuk menarik perhatian sudah jamak.

Oleh Hadi Suyitno (Wartawan Bhirawa)

Menjadi unik ketika teriakan lantang itu dilakukan di minimarket kurma dan kudapan serta jamu khas timur tengah di Quba, Madinah. Quba adalah salah satu distrik yang terkenal dengan masjid Quba. Masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad di Jazirah Arab Saudi. Di distrik Quba memang banyak tersebar kebun kurma yang sekaligus membuka toko kurma dan berbagai asesori lainnya, termasuk hati onta.
Minimarket milik saudagar Arab ini banyak memperkejakan orang Indonesia, karena paham konsumennya paling banyak dari Indonesia. Transaksi antara penjual dan pembeli dilakukan sama-sama antara Warga Negara Indonesia. Melihat suasana demikian rasanya tidak seperti di Madinah, seolah di KH Mas Mansyur atau sekitaran Masjid Ampel, Surabaya. Malah pekerja Indonesia ini lebih agresif menawarkan barang,
”Ini ada madu asli dari Hadramaud, Yaman. Harganya Rp800 ribu per liter. Ini benar-benar madu kualitas 1,” ujarnya meyakinkan.
Madu asli Yaman ini memang beda dengan madu lain yang juga dijualnya, madu Yaman di kemas botol aluminum untuk meyakinkan seolah-olah barang ini berharga.
Dengan ratusan item produk, konsumen Indonesia ini seolah-olah berpacu dalam melodi, seperti anak kecil berebut mainan. Tidak ada jamaah/konsumen Indoensia yang meninggalkan toko dengan tangan kosong. Umumnya yang paling dicari adalah kurma Ajwa atau Kurma Nabi Muhammad. Kurma yang bentuknya bulat dengan warna hitam pekat ini memang dijual lebih mahal dibanding kurma jenis lain. kurma lain warnanya agak coklat dan lonjong. kurma Ajwa menjadi popular karena saat ditanamnya pertamakali diasmai atau didoakan lanngsung oleh Nabi Muhammad.
Harga per kilo Kurma Ajwa di minimarket di Quba sekitar Rp300 ribu. Selisihnya lumayan dengan Ajwa yang di jual di KH Mansyur, Surabaya sekitar Rp360 ribu. Rasa kurma Ajwa sebenarnya tak beda dengan kurma Turki atau dari Arab Saudi sendiri yang harganya bertaut jauh. Cina kabarnya juga mengekspor kurma di Arab Saudi. Cuma kurma Cina kurang diminati karena rasa manisnya bercampur kecut.
Di Sidoarjo sendiri juga banyak beredar Kurma Ajwa yang dijual di toko di Jl Gajah Mada atau di toko Mabruro atau Al Multazam. Biasanya Ajwa dikemas per 7 biji dengan harga Rp25 ribu. ”Nabi biasa memakan tujuh butir kurma untuk menjaga kesehatan tubuh,” kata pedagangnya.
Menurut Burhanudin, tour leader umroh yang menyertai jamaah belanja, pemilik kebun kurma dikenal pelit dan perhitungan. Setiap tour leader yang bisa menjual 10 kg Kurma Ajwa akan diberi bonus 1 kg Ajwa. umumnya Tour leader untuk umroh ini memang tidak sekadar mendampingi jamaah saat menjalani umroh, biasanya cari usaha sampingan dengan menjual tasbih, madu, minyak zaitun dan tentu saja kurma. ”Saya pernah berhasil menjual 18 kg Ajwa, ternyata cuma diberi bonus 1 kg. jadi menjual 10 kg atau 18 kg tetap saja bonusnya 1 kg,” keluhnya. Itupun tidak boleh diminta dalam bentuk uang. Tetapi berbentuk kurma.
Hati Onta untuk Stamina
Rupanya majikan Arab pemilik kebun kurma ini juga memperkerjakan WNI di luar tokonya untuk menjual jamu stamina. Seperti hati onta. Konon hati onta dapat menambah keperkasaan dan meningkatkan stamina. ”Ayo pak murah, murah, hati onta, Salam Pak Jokowi,” ujarnya nyerocos meski tidak digubris.
Berbeda dengan jamaah Negara lain, seperti jamaah Mesir yang datang ke toko itu hanya melongok dari luar setelah itu kembali ke bus, seperti tidak minat. Begitu pula jamaah dari Maroko yang tampak tidak selera melihat barang yang di jual. Namun jamaah Indonesia pantas mudah dikenal pada pedagang Arab, sebab begitu sampai di tempat perbelanjaan langsung berebut dan menyebar mencari barang untuk dibuat oleh-oleh. Makanya setiap rombongan Indonesia pasti ada satu paket shoping di kebun kurma.
Bukan hanya di tempat itu, di mall yang berada di timur Masjid Nabawi Madinah, nama artis-artis Indonesia sangat popular. Mungkin para artis hoby memborong baju di mall. Nama-nama artis seperti, Ashanti, Ayu Ting-Ting, Yulia Peres dan sampai Luna Maya disebut pelayan Arab setiap ada pengunjung Indonesia lewat di depannya. Dengan agresif dan atraktif bahkan menari tarian Arab sambil menyanyi untuk merayu pembeli Indonesia. Tentu saja semua toko di Madinah ini tidak satupun yang memperkerjakan tenaga wanita. Semuanya laki-laki.
Meski di mall, semua barang bisa ditawar. Itu enaknya bagi jamaah Indonesia yang pandai menawar, bisa melakukan negoisasi sesuka hati. Tetapi kalau tawarannya rendah, biasanya pedagang itu mengumpat. ”Indonesia bachil (pelit), bachil,”.
Ya sudahlah terserah kamu mau bilang apa, kataku sambil ngloyor meninggalkan pedagang yang kesal itu. [hds]

Tags: