Jamaah Haji Waspadai Virus Ebola

2-ebolla.dnaSurabaya, Bhirawa
Bagi Jamaah haji asal Jatim diharap berhati-hati dengan penularan Virus Ebola. Sebab, di benua asalnya, Afrika, virus yang membuat seseorang mati dalam waktu 14 hari ini belum ada obat dan vaksinasinya.
Pengurus Peneliti Hati Indonesia, RSUD dr Soetomo, dr Sugiharto Widjaja Sp PD FINASIM mengatakan, hingga kini obat untuk membunuh virus mematikan ini belum ditemukan. Selain itu, untuk pasien yang terkena Virus Ebola pihak RS hanya melakukan perawatan. Misalnya, jika mengalami diare, maka tim medik akan memberikan cairan elektrolik. Jika terjadi nyeri pada uluh hati, maka akan diberikan obat nyeri dan sebagainya.
”Tak ada standar treatment khusus untuk penyakit ini,” ungkap dr Widjaja.
Yang menakutkan lagi, ternyata hingga kini belum ada obat yang mengobati pasien yang terkena Virus Ebola. Padahal, di Afrika dari 1500 orang yang terkena Virus Ebola, hampir 1.000 orang meninggal dalam waktu 14 hari. Ironisnya lagi, hingga kini belum ada vaksinasi untuk menghilangkan Virus Ebola.
Menurut dr Sugiarto, sebenarnya untuk vaksinasi Virus Ebola pernah ada, tapi hanya khusus digunakan untuk kera. ”Kera yang divaksinasi Virus Ebola, tak tertular Virus Ebola dari kera lainnya. Tapi hingga kini vaksinasinya belum bisa digunakan untuk manusia,” paparnya. Padahal, selain kontak antar manusia, hewan primata seperti kera, orang utan, monyet adalah spesies yang bisa menularkan virus ebola ini ke manusia.
Menurut dokter yang juga ahli endoskopi di RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya ini, jika melihat perkembangan Virus Ebola dan bahayanya, masyakarat Indonesia khususnya calon jamaah haji Jatim yang akan ke timur tengah harus terus waspada. Sebab, bisa dikata penyakit ini lebih berbahaya dari demam berdarah yang diakibatkan Nyamuk Aides Eigepti atau penyakit menular seksual seperti HIV/AID.
Mengapa lebih bahaya dari demam berdarah? lanjut dr Sugiarto, karena virus yang menyebabkan pembekuan pada darah ini disebebakan virus yang masih satu clas yakni hemoragic fever dengan nyamuk dengue, namun beda familie. Dimana dengue masuk dalam familie flaviviridae dan Virus Ebola masuk ke familie filoviridae. Baik Virus Ebola dan dangue sama-sama membuat pendarahan dalam tubuh. Bedanya pendarahan yang diakibatkan dangue hanya sedikit dan perkembangannya lamban, sedangkan Virus Ebola membuat pendarahan pada seluruh organ dalam waktu cepat.
Disebut lebih bahaya dari HIV/AID sebab penularan penyakit ini bukan hanya dari udara tapi juga kontak langsung atau tak langsung dengan orang yang memiliki Virus Ebola, seperti lewat keringat, jabatan tangan dan lainnya. Seperti orang bisa tertular Virus Ebola setelah memegang benda yang sudah dipegang orang yang berendemik virus ebola. Maka, virus akan langsung menyebar ke seluruh tubuh dan merusak sistem peredaran darah.
Yang cukup menakutkan lagi, ternyata jenazah atau mayat orang yang terkena Virus Ebola juga bisa menularkan penyakit ini kepada orang yang menyentuhnya. Tak heran, hampir 30% orang yang terkena virus mematikan ini adalah dari kalangan medik.
Menurut dr Sugiarto, pemerintah Indonesia tak bisa menyepelekan Virus Ebola yang ada di Afrika. Pasalnya, banyak warga Indonesia yang menunaikan ibadan umroh atau haji bahkan menjadi travelling di negara-negara Afrika. Terutama ketika ada warga Indonesia yang mengalami ciri-ciri tertular virus ebola, seperti nyeri pada otot, gangguan pencernaan, sakit perut dan lain-lainnya.
Sementara Kadinkes Jatim, Harsono mengatakan hingga kini pihaknya masih melakukan pengawasan kepada masyarakat dan calon jamaah haji supaya tidak tertular Virus Ebola. Meski tak ditemukan virus Ebola di Jatim dan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota melalui Dinkes kabupaten/kota harus mempunyai cara, agar virus mematikan ini tidak masuk di daerah. Dinkes harus dapat melakukan tindakan antisipasi dini melalui sistem rujukan di RS di daerah.
Untuk pasien yang terindikasi Virus Ebola dapat segera dirujuk ke RS milik pemerintah daerah yang tersebar di beberapa daerah yaitu Rumah Sakit Umum Dareh (RSUD) Dr Soetomo Surabaya, RSU Saiful Anwar Malang, RSU Haji Sukolilo Surabaya, dan RSU Sudono Madiun. ”RS inilah yang nantinya akan membantu RSUD di daerah dalam menangani dan mengobati pasien Ebola,” jelasnya. [dna]

Keterangan Foto : Petugas KKP Juanda melakukan pemeriksaan terhadap para wisatawan.

Rate this article!
Tags: