“Jangan Ambil Sikap Hanya Berdasar Trending Topic”

Jubir Kepresidenan Johan Budi paparkan beberapa poin untuk sadarkan peran mahasiswa dalam perpolitikkan Indonesia pada Brace The Movement yang diadakan Himakomtra UK Petra kemarin (17/5).

Surabaya, Bhirawa
Pasifnya mahasiswa maupun generasi muda dalam menyikapi perpolitikkan Indonesia membuat khawatir sebagian kalangan. Hal ini pula yang melatari Ilmu Komunikasi Universitas Kristen (UK) Petra dan Himpunan Ilmu Komunikasi Petra (Himakomtra) menggelar acara yang bertajuk Communication Day 2018 : Brace The Movement dengan mengundang beberapa tokoh politik dan jurnalis ternama untuk menghidupkan kembali sikap kritis mahasiswa. Hadir dalam acara tersebut Juru Bicara (jubir) Kepresidenan Johan Budi, Director of CNN Indonesia Alfito Deannova Gintings, komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2013-2016 Fajar A. Isnugroho, pemilik Konner Digital Advisory dan Asia PR Silih A. Wasesa, dan Dosen komunikasi UK Petra Gatut Priyowidodo.
Mantan Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi mengungkapkan jika saat ini generasi milenial khususnya mahasiswa terlalu sibuk dalam segi akademisi, dari pada bersikap kritis pada kondisi sosial dan politik pemerintahan Indonesia.
“Yang terjadi saat ini adalah, mahasiswa kita berbeda dengan mahasiswa era 1997. Waktu itu mahasiswa sangat kritis dengan kondisi perpolitikkan dan pemerintahan kita. Berbeda dengan sekarang” ungkapnya
Lebih lanjut, ia menilai jika perkembangan teknologi juga mempengaruhi sikap apatis dalam diri mahasiswa. Misalnya, urai Johan Budi, mahasiswa atau generasi milenial akan lebih tertarik bermain game maupun menggunakan sosial media atau sosmed, di banding berkumpul pada sebuah organisasi untuk membahas masalah perpolitikkan maupun menyuarakan aspirasi mereka melalui demo.
“Fenomena ini, jangan sampai ada benturan antara perkembangan teknologi dan kesadaran politik dalam diri mahasiswa,” imbuhnya
Dalam menumbuhkan lagi gairah mahasiswa sebagai suara rakyat dalam mengkritisi sikap pemerintah, lanjut mantan Pelaksana Tugas (Plt) pimpinan KPK ini, bahwa perlu adanya apresiasi untuk mendorong dan memotivasi mahasiswa. Oleh karenanya ia mengajak seluruh mahasiswa maupun generasi muda untuk lebih aktif dalam menyatakan aspirasi yang dia perjuangkan.
Disinggung mengenai framing politik yang sering digunakan oleh beberbagai media mainstreams maupun media sosial untuk meniliai sukses tidaknya sebuah pemerintahan, jubir kepresidenan ini menegaskan jika masyarakat jangan mengandalkan sebuah trending topic untuk mengambil sebuah kebijakan.
“Apa yang ada di ruang publik seperti media sosial atau pemberitaan media mainstream, politik akan berpengaruh dalam asumsi masyarakat” pungkasnya.
Ditemui ditempat yang sama, jurnalis senior yang juga Director of CNN Alfito Deannova Gintings menuturkan jika dalam framing politic media masih menjadi alatyang cukup relevan untuk kebutuhan publik. Bedanya, menurut mantan news anchor salah satu tv swasta ini bahwa kapasitas media mainstreams tidak lagi menjadi sebuah prioritas masyarakat dalam mencari sebuah informasi. Mengingat, perkembangan media sosial di era digital lebih diperhitungkan karena kemampuan komunikasi dua arah yang dimiliki.
“Kecenderungan masyarakat akan informasi yang di dapat dari media sosial, apakah itu faktual atau tidak kita kembalikan pada bealive system dari masing-masing individu” paparnya. Lebih lanjut, ia menilai bahwa kredibelitas media mainstreams saat ini tergantung pada kualitas jurnalis. Misalnya, jelas dia, publik lebih tertarik dengan berita yang membentuk presepsi oorang dari sosok figure pemimpin, di banding memberitakan atau membicarakan substansi dari apa yang dilakukan sosok pemimpin itu.
“Situasi media saat ini dapat dikatakan dilematis. Ada batas di mana publik tidak tertarik pada pemberitaan substantive. Berita personal malah lebih laku ketimbang hal yang bersifat substantive itu” Tuturnya.
Sehingga, lanjut dia, harus ada upaya yang tegas dan cerdas bagi media mainstreams untuk mengembalikan fungsi medianya.

Ketepatan ‘Branding’ Pemimpin Pengaruhi Dukungan
Branding sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, untuk mencitrakan karakter dirinya kepada masyarakat. sering kali branding menjadi penilaian pertama yang dilakukan oleh masyarakat untuk kualitas seorang pemimpin. Diungkapkan oleh pemilik Konner Digital Advisory dan Asia PR Silih A. Wasesa bahwa pembentukan ‘Branding´ dalam diri seorang pemimpin akan membangun asumsi antara pemimpin dan masyarakat.
“Jika seseorang mampu membranding diri nya sebagai seorang pemimpin. Langkah itu akan mudah mendapat empati dan simpati masyarakat secara otomatis” ungkapnya. Lebih lanjut, keunggulan sebuah ‘branding’ haruslah natural atau alami dalam diri sesorang. Di mana dalam sebuah ‘branding’ terdapat nilai personal yang sifatnya harus konsisiten. “Branding berasal dari karakter sang pemimpin” sahutnya. [ina]

Tags: