Jangan Pandang Sebelah Mata Sekolah Swasta

Suasana pendaftaran siswa SMP yang langsung memilih sekolah swasta dari pada negeri.

Proses PPDB SMA/SMK 2019
Sidoarjo, Bhirawa
Keinginan masyarakat masih cenderung tinggi ‘memaksakan’ anak-anaknya untuk masuk kedalam sekolah negeri. Padahal, kalau dilihat dari kuota PPDB 2019 tentu saja tidak mencukupi. Data jumlah lulusan/peserta UNBK SMP/MTs Negeri-Swasta di Sidoarjo tahun 2019 ini sebanyak 31.972 siswa. Sebagian besar mereka masih ingin masuk di SMA/SMK Negeri yang kuotanya sekitar 6.767 siswa, terdiri dari 5 SMK Negeri yang kuotanya sekitar 1.972 siswa dan 13 SMA Negeri yang kuotanya sekitar 4.795 siswa.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Dr. Hudiyono, M.Si saat melakukan Sidak proses PPDB 2019 di beberapa sekolah di Sidoarjo pada liburan Idul Fitri 1440 H, berharap kepada masyarakat agar jangan memaksakan anak-anaknya untuk masuk kedalam sekolah negeri. “Kondisi sekarang sekolah swasta sudah banyak yang bagus prestasinya. Oleh karena, itu jangan dipandang sebelah mata untuk sekolah swasta,” harapnya.
Pandangan tersebut, menurut Kepala SMK Antartika 2 Buduran Sidoarjo, Retno Purwo Lystiorini masih banyaknya masyarakat yang terlanjur berpikir ortodoks, bahwa sekolah harus di negeri. Berpikir logis, bahwa sekolah swasta banyak yang lebih bagus dan berprestasi bahkan cenderung lebih berpihak pada kebutuhan siswa juga orang tua.
“Pemahaman pola pikir seharusnya mengubah gaya hidup, sekolah swasta lebih all out membangun kepribadian daripada membangun gaya hidup. Mengutamakan adab jauh lebih berharga daripada mencetak IPK. Sementara di sekolah kami siswa yang sudah mendaftar sekitar 750 calon siswa SMK Antartika 2 Buduran dari 24 Rombel yang ditargetkan,” jelasnya, kemarin(9/6).
Kepala SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (SMAMDA) Wigatiningsih juga menuturkan kalau orangtua memilih sekolah untuk anaknya, sepenuhnya menjadi hak orang itu sendiri. Karena mereka punya banyak pertimbangan. Apalagi PPDB sekarang berdasar zonasi. Lepas dari itu, pertimbangan orang tua adalah banyak yang masih beranggapan bahwa, sekolah negeri masih lebih baik dari sekolah swasta. “Mungkin juga mereka tidak banyak mengikuti perkembangan beberapa sekolah swasta yang bagus prestasinya,” tuturnya.
Lanjutnya, kalau dari segi biaya, sekolah negeri masih jadi pilihan. Namun, kami masih optimis dan punya harapan bahwa generasi milenial lebih memilih sekolah yang bisa mewadahi talentanya walaupun dengan biaya tinggi. “Biaya tinggi itu relatif, biasanya biaya tinggi itu berbanding lurus dengan layanan prima dan fasilitas yang tersedia. Terbukti, target kami menerima siswa baru sebanyak 14 Rombel, dan sudah terisi 70 persen,” tutur Wigatiningsih.
Terpisah, Kepala SMK Sepuluh Nopember Sidoarjo Ratih Wulansari juga mengatakan kalau wali murid masih punya pemikiran bahwa, sekolah negeri punya predikat bagus dan gratis. Padahal predikat bagus atau tidak berdasarkan Akteditasi Sekolah yang dikeluarkan BAN SM, Nilai Akreditasi hanya Predikat A, B, C dan D juga berdasarkan 8 standar pendidikan. Jadi tidak ada pemilahan antara sekolah swasta dan negeri, sekolah swasta yang memenuhi 8 standar pendidikan, predikatnya pasti A.
“Jika mengincar gratis, maka ada program KANTISTAS dari Gubernur Jatim yang diperuntukkan sekolah swasta dan negeri. Sekolah yang tingkat kegiatan kesiswaannya tinggi, maka biasanya kaya akan prestasi,” katanya.
Oleh karena itu, keunggulan sekolah-sekolah swasta adalah terus berupaya memfasilitasi kegiatan untuk menyalurkan minat dan hobby siswa, yang kadang di luar jam kerja guru dan tenaga kependidikannya. “Artinya, itu salah satu bentuk komitmen kami sebagai penyelenggara pendidikan untuk menghasilkan output yang berprestasi, akademis maupun non akademis. Sedangkan sekolah negeri, kadang masih terikat jam kerja sebagai ASN,” jelas Bu Ratih_sapaan akrabnya.
Begitu juga diungkapkan oleh Kepala SMA Muhamadiyah 1 Taman (SMAMITA) Sidoarjo, Zainul Arief Fahrudi, mengapa masih banyak orang tua yang lebih doninan memilih SMA Negeri dari pada Swasta yang mungkin secara fasilitas juga tidak kalah. Karena wali murid masih terobsesi bahwa dengan brand sekolah negeri adalah segalanya murah, pinter dan gurunya pilihan. Tetapi, seiring dengan waktu, dan banyaknya generasi muda sekarang yang sangat minim berkarakter. “Tentunya, sekolah religi akan menjadi pilihan utama untuk menyekolahkan putra putrinya,” ungkapnya.

Negeri Dianggap Prestise
Sementara ini memang masyarakat masih banyak yang menganggap sekolah di sekolah negeri adalah prestice. Makanya banyak orang tua yang menggunakan segala cara untuk anaknya bisa masuk di sekolah negeri, meskipun sudah banyak sekolah swasta yang mendapat prioritas khusus di hati masyarakat. “Tetapi memang tidak bisa dipungkiri, masih sangat banyak sekolah swasta yang masih jauh di bawah kualitas sekolah negeri,” ungkap DR. Kisyanto SM., SE., MM sebagai Ketua MKKS SMK Swasta Sidoarjo.
Jadi, sangat butuh waktu untuk membuat masyarakat bisa realitas melihat sekolah, ini tidak ubahnya seperti masyarakat memandang jadi PNS itu jauh lebih baik dari pegawai swasta atau berwira usaha.
“Namun, sekolah swasta juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk terus membuktikan dirinya agar tidak kalah dengan sekolah negeri. Insya Allah seiring dengan perkembangannya, masyarakat tidak akan lagi melihat status sekolah, tetapi lebih realistis yaitu lebih melihat kwalitasnya,” jelas Kisyanto yang juga sebagai Kepala SMK YPM 8 Sidoarjo.
Sedangkan Ketua MKKS SMA Swasta Sidarjo Sukarno juga mengatakan kalau survey berbagai desertasi S3, salah satunya, Aba Isa Ketua YYS Wahid Hasyim 2 Taman Sepanjang, menyimpulkan bahwa kukture masyarakat kita merasa bangga jika putranya masuk sekolah negeri, meski sekolah tersebut Sarprasnya nol.
Pandangan masyarakat bahwa, sehebat apapun prestasi SMA Swasta, tetap pilihannya negeri, kira-kira hanya 20-25% saja orang tua yang tidak mau ribet, dan langsung milih swasta. “Jadi harap maklum itulah pola pikir orang kita, maaf berbeda dengan masyarakat di luar negeri,” kata Sukarno yang juga sebagai Kepala SMA Antartika Buduran. [ach]

Tags: