Janji Peduli Nasib Wayang Topeng Jatiduwur

Syarif Hidayatulloh (Gus Sentot)

Komitmen DPRD Jombang
Jombang, Bhirawa
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jombang dalam hal ini Komisi D siap mengawal agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang lebih peduli terhadap kesenian dan budaya di Jombang, seperti Wayang Topeng Jatiduwur, Kesamben, Jombang dan kesenian lokal Jombang lainnya.
Menurut Ketua Komisi D DPRD Jombang, Syarif Hidayatulloh (Gus Sentot), Pemkab Jombang saat ini posisinya masih mengalami transisi dari pemerintah sebelumnya.
“Semua kan tahu, kita kan lagi transisi pemerintahan, khususnya di tingkat daerah (Jombang), harapan kami nanti kita siap mengawal, kita siap mengupayakan, supaya Pemerintah Kabupaten Jombang ini lebih memperhatikan terhadap warisan-warisan budaya yang ada di Kabupaten Jombang,” papar Gus Sentot saat diwawancarai sejumlah awak media, Senin siang (15/10).
Lebih lanjut Gus Sentot menambahkan, kepada dinas terkait ia berharap agar melakukan komunikasi dan koordinasi yang nantinya dapat dilihat langkah apa yang harus ditempuh untuk melestarikan kesenian di Jombang, termasuk diantaranya adalah Kesenian Wayang Topeng Jatiduwur.
“Bisa jadi, kita adakan lomba, atau mungkin seremonial, atau mungkin mengenalkan lagi tradisi itu kepada masyarakat Jombang yang saat ini, saya yakin banyak yang belum tahu kalau di sana ada warisan budaya seperti itu. Dan ini bukan hanya untuk topeng (Jatiduwur) saja, saya pikir banyak warisan-warisan budaya kita di Jombang yang saat ini istilahnya, perlu kita perhatikan,” tambah Gus Sentot.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wayang Topeng Jatiduwur oleh Pemerintah Pusat telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda beberapa hari lalu. Namun di satu sisi, Pemilik kesenian ini yang sekaligus ahli waris generasi ke-7 Wayang Topeng Jatiduwur bernama Sulastri (56), mengaku selama ini perhatian dari pemerintah terhadap keberadaan dan keberlanjutan kesenian ini dirasa masih kurang.
Meski mengaku bangga karena kesenian yang ia miliki diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda dan berguna bagi bangsa, Sulastri berharap agar pemerintah lebih memperhatikan keberadaan kesenian ini.
“Soalnya selama ini belum dapat apa-apa ‘gitu lho’, selama ini ya masih dibiayai keluarga,” kata Sulastri saat dihubungi Bhirawa via sambungan Telepon Genggamnya, Kamis siang (11/10).
Lebih lanjut ia berharap, setelah ada penetapan Warisan Budaya Tak Benda dari Pemerintah Pusat ini, dinas terkait agar lebih memperhatikan lagi keberlangsungan kesenian ini ke depan.
“Kemarin ada (pendampingan) dari Unesa (Surabaya) tapi kan ‘ndak’ terus. Tapi kalau diperhatikan terus (dari dinas terkait), berapa minggu sekalikah, ditemui terus dibina, ‘gitu lho’, maksudnya seperti itu,” imbuh Sulastri.
Sekadar diketahui, berdasarkan penuturan Sulastri, ia adalah generasi ke-7 pewaris Kesenian Wayang Topeng Jatiduwur, dari pemilik pertama bernama Canggah Purwo yang dulunya tinggal di Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.
“Pertama Canggah Purwo, (Canggah) Sukro, (Buyut) Sukin, (Mbah) Jaelan, Mbah Sumo, Mbah Umi, terus saya,” tutup Sulastri. [rif]

Tags: