Janjikan Kenyamanan di Shalimar Hotel Kota Malang

Isteri Walikota Malang Ny Hj Umi Farida Anton bersama Direktur The Shalimar Hotel Lily Jessica Tjokrosetio saat melakukan pemotongan pita menandai soft opening Shalimar Hotel Kamis (10/12) kemarin.

Isteri Walikota Malang Ny Hj Umi Farida Anton bersama Direktur The Shalimar Hotel Lily Jessica Tjokrosetio saat melakukan pemotongan pita menandai soft opening Shalimar Hotel Kamis (10/12) kemarin.

Kota Malang, Bhirawa
Direktur The Salimar Hotel, Lily Jessica Tjokrosetio, disela-sela acara Soft opening The  Shalimar Hotel, Kamis (10/12) kemarin,  menjanjikan jika  hotel yang dikelola itu menawarkan kenyamanan di mellennium baru dalam kemegahan tahun 1930-an, yang memadukan gaya Eropa, dan budaya Indonesia untuk menciptakan  pengalaman mengesankan bagi para tamunya.
“Hotel ini merupakan hotel bintang lima, yang secara khusus kami rancang untuk memberikan pelayanan personal baik untuk tamu rekreasi maupun bisnis dengan tradisi keramahtamahan Indonesia,”tutur Lily Jessica.
Ditambahkan dia, hotel yang memiliki 44 kamar ini sejatinya merupakan hotel yang modern, tetapi sentuhan kolonialnya sangat terasa. Pasalnya seluruh bangunan merupakan bangunan lama, yang didesain oleh arsitektur Belanda Ir. Muller ketika itu.
Sebelum menjadi The Shalimar Hotel, sebelumnya bernama Graha Cakra hotel bintang tiga, dan merupakan hotel yang berada dikawasan mewah di Kota Malang, pasalnya paling dekat dengan Jalan Ijen.
Dalam sejarah juga disebut sebagai tempat freemason yang dibuka pertama kalinya pada tahun 1933, setelah itu menjadi sebuah societeit, para warga Negara Belanda dan penduduk Kota Malang, berkumpul dengan teman dan menghibur diri  dengan makanan music dan tarian.
“Ruanganya masih seperti jaman dulu, bahkan kami mengurangi jumlah kamar untuk menambah fasilitas, ruang  belanja eksekutif Soga Boutique, ruang bisnis dan perpustakaan, yang merupakan fasilitas bagi pengunjungnya,”imbuhnya.
Terkait dengan keberadaan Soga Boutique, pihaknya menjelaskan bahwa di Soga Butigue itu, memiliki koleksi dari designer lokal, aksesoris karya tangan, kerajinan tangan dan kain cenderamata yang etnik dan tardisional.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan penghuninya, The Shalimar Hotel juga menyiapkan 100 jenis makanan tradisional dan modern. Karena kata dia penghuni hotel itu selain untuk beristirahat mereka juga berkeinginan untuk menikmati kuliner khas daerah.
“Yang kita bidik memang tamu-tamu dari manca Negara, dari Eropa, Belanda, dan Negara-negara lainya, meskipun tidak menutup kemungkinan tamu-tamu lokal juga ada. Makanya kami siapkan masakan khas Indonesia, baik yang modern maupun makanan tempo doeloe,”jelasnya.
Terkait dengan harga kamar, pihaknya membandrol Rp. 1.200.000 perkamar, selama masa soft opening sampai dengan 10 Februari 2016 mendatang. Dia optimis tingkat hunian hotel di Jalan Cerme Malang ini, sangat tinggi karena semasa masih bernama Graha Cakra, hunianya mencapi 70 persen pada hari biasa dan selalu penuh pada momen liburan.
Semenetara itu Ketua Perhimpunan Hotel dan Resort Indonesia (PHRI) Malang, Herman Maryono, menyatakan kehadiran The Shalimar Hotel, mampu memberikan alternative bagi pengunjung di Kota Malang. Meski sebenarnya, The Salimar itu,  bukan hotel yang baru, karena sebelum merupakan Hotel Graha Cakra. The Salimar hanya meningkatkan pelayanan kepada tamunya, bukan hotel baru berdiri.
“Ini trobosan yang positif untuk peningkatan pelayanan, bukan hotel baru, jadi kami melihatnya sangat postif, untuk bersaing  mendapatkan konsumen atau tamu. Hanya saja jika ingin mendapatkan status sebagai hotel bintang lima, nanti ada tim yang menilai berdasarkan  standart pelayanan yang dilakukan,”ujar Herman. [mut]

Tags: