Jaring Keluhan di Pedesaan, Wali Kota Temukan Kualitas Produksi Apel Turun

Wali Kota Batu, Dra.Hj.Dewanti Rumpoko,M.Si saat memimin Rapat Kordinasi OPD di Balai Desa Punten, Senin (2/3)

Kota Batu, Bhirawa
Kualitas produksi apel di Kecamatan Bumiaji mengalami penurunan hingga mempengaruhi wisata petik apel yang menjadi ikon Kota ini. Hal ini diketahui ketika Wali Kota Batu, Dra. Ir. Dewanti Rumpoko,M.Si dan sengaja menggelar Rapat Kordinasi Kepala OPD di Balai Desa Punten, Kecamatan Bumiaji, Senin (2/3). Gelar Rakor OPD di Balai Desa Punten dilakukan untuk mempercepat informasi sekaligus penanganan permasalahan di pedesaan.
“Kita sengaja mengadakan Rapat Kopi Morning (Rakor Kepala OPD) di Balai Desa Punten ini untuk lebih mendekatkan dengan para Kepala Desa dan Lurah, serta membahas dan menyelesaikan masalah atau kendala di pedesaan,” ujar Dewanti, Senin (2/3). Dalam rakor kemarin, semua Kades dan Lurah yang ada di Kecamatan Bumiaji turut hadir dan menyampaikan kendala pembangunan yang dihadapi.
Dari gelar rakor di Desa ini akhirnya diketahui bahwa saat ini di Desa-Desa di Kecamatan Bumiaji tengah mengalami penurunan produksi apel. Hal ini dikarenakan menurunnya kualitas lahan perkebunan apel yang ada. Saat itu juga Walikota menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pertanian dan Kepala Dinas Pariwisata (Disparta) untuk mengambil langkah- langkah yang diperlukan.
Selain Dinas pertanian, Wali Kota juga menginstruksikan adanya tindakan kongkrit dari Disparta. Karena hampir semua lahan perkebunan apel di Bumiaji juga menjadi wahana wisata petik apel. “Jangan sampai wisatawan yang datang ke Wisata Petik Apel ini kecewa karena apel yang dipetiknya langsung memiliki kualitas buruk atau rendah,”pesan Dewanti.
Salah satu Desa penghasil apel sekaligus menjadi Desa Wisata Petik Apel adalah Desa Tulungrejo. Kades Tulungrejo, Suliyono membenarkan bahwa saat ini produksi apel di desanya mengalami penurunan sangat signifkan.
Saat ini di Tulungrejo terdapat sebanyak 900 hektar lahan apel.
Dalam kondisi normal, setiap 1 hektar bisa memproduksi 30 ton apel sekali panen. “Namun dalam kondisi saat ini ditambah dengan adanya cuaca ekstrim, hasil panen bisa menurun hingga 60 persen. Jadi untuk 1 hektarnya saat ini hanya bisa menghasilkan 10 ton apel saja,” jelas Suliyono.
Ia memaparkan, dari cuaca ekstrim dengan curah hujan tinggi telah mengakibatkan bunga apel yang menjadi bakal buah banyak mengalami kerontokan. Hal ini menyebabkan jumlah buah berkurang cukup banyak.
Tak hanya itu, cuaca ekstrim juga mengakibatkan mewabahnya jamur upas di lahan apel milik petani. Jamur ini bisa mengakibatkan buah apel menjadi membusuk. “Para petani berharap ada bantuan Pemerintah dalam penanganan jamur ini sehingga kualitas apel yang dihasilkan petani kembali membaik,” harap Suliyono.[nas]

Tags: