Jatim Ajak Anggota MPU Kembangkan Kakao

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Provinsi Jatim mengajak provinsi lainnya yang tergabung dalam Mitra Praja Utama (MPU) agar ikut mengembangkan kakao di wilayah pantai selatan. Sebab, potensi Kakao sangat bagus dan di Jatim  pada setiap tahun telah dikembangkan kakao baru seluas 5 ribu hektare.
Beberapa provinsi yang tergabung dalam MPU diantaranya seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, NTT dan NTB. Sebab, wilayah pesisir pantai selatan yang ada di beberapa provinsi tersebut juga memiliki potensi yang sama dengan Jatim.
“Untuk kembangkan kakao tidak perlu buka lahan baru. Di wilayah Selatan sudah banyak komoditi cengkeh dan kelapa. Kakao bisa dikembangkan di lahan yang sama,” kata ,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA saat dikonfirmasi, Senin (22/12).
Di Jatim, kata Samsul, program kakao belt di sepanjang pantai Selatan diawali dari Donomulyo Malang, Udanawu Blitar, Nganjuk, Ngawi dan Pacitan. Dari Banyuwangi sampai Pacitan dalam kurun lima tahun terakhir target sebesar 35 ribu ton per tahun diyakininya tidak sulit untuk dicapai.
Kendati produksi cukup tinggi, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia masih cukup rendah yaitu hanya 0,3 kg per kapita per tahun. Jumlah itu sangat jauh dibandingkan Finlandia yang mencapai 10 kg per kapita per tahun.
“Padahal kakao sangat baik untuk kesehatan. Namun masyarakat kita masih enggan mengkonsumsi kakao atau yang biasa dikenal dengan cokelat. Sehingga, dari hasil produksi kakao tersebut hampir semua di ekspor,” katanya.
Total nilai ekspor kakao asal Jatim kini mampu mencapai nilai 99.064.114 dollar AS atau senilai Rp 1,18 triliun. Jika dulu ekspor hasil produksi kakao Jatim lebih banyak pada produk mentah, kini ekspor didominasi produk olahan.
“Kalau dulu ekspor lebih banyak biji, sekarang dalam bentuk setengah jadi berupa pasta, mentega, bubuk, hingga sisa bungkil kakao. Dari total nilai ekspor itu produk kakao olahan mendominasi hingga 80 persen dan sisanya 20 persen dalam bentuk biji kakao,” kata Samsul.
Untuk harga kakao di pasaran, katanya, saat ini cukup tinggi yakni mencapai US$ 3 atau setara Rp 35 ribu dan dari harga petani di kisaran Rp 28-30 ribu. Sementara produksi kakao Jatim tahun ini mampu mencapai 37 ribu ton atau naik dari produksi 2013 sebanyak 34 ribu ton. [rac]

Tags: