Jatim Alami Deflasi 0,05 Persen

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Dari hasil pemantauan harga yang dilakukan BPS Jatim pada bulan Agustus 2016, Jatim  mengalami deflasi sebesar 0,05 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 123,96 pada bulan Juli 2016 menjadi 123,90 pada bulan Agustus 2016.
Sepanjang tahun 2006-2016, pada bulan Agustus terjadi sepuluh kali inflasi dan satu kali deflasi. Tahun 2012 merupakan inflasi tertinggi sebesar 1,28 persen dan inflasi terendah pada tahun 2006 sebesar 0,19 persen.
Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono mengatakan. Pendorong utama inflasi Jatim  pada bulan Agustus 2012 adalah naiknya harga beberapa komoditas antara lain angkutan antar kota, tempe, sekolah dasar, tahu mentah, daging sapi, emas perhiasan, daging ayam ras, tarif kereta api, bawang putih, dan kontrak rumah.
Sedangkan pada bulan Agustus 2016 penyebab terjadinya deflasi di Jatim  adalah turunnya Indeks Harga Konsumen pada dua kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan masing-masing sebesar 1,11 persen dan 0,94 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,94 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,54 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,42 persen, kelompok sandang sebesar 0,39 persen, dan inflasi terendah pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,11 persen.
“Berakhirnya perayaan hari raya Idul Fitri pada bulan Agustus merupakan pendorong turunnya tarif angkutan lebaran, mulai dari angkutan udara, angkutan antar kota, kendaraan carter/rental, dan tarif kendaraan travel,” katanya.
Sedangkan beberapa komoditi bahan makanan yang mengalami penurunan harga antara lain daging ayam ras, wortel, beras, gula pasir, apel, dan tempe. Gula pasir mengalami penurunan harga seiring dengan meningkatnya stok gula pasir setelah memasuki musim giling tahun 2016.  Pada bulan ini, dua kelompok pengeluaran mengalami deflasi dan lima kelompok pengeluaran mengalami inflasi.
Penurunan indeks harga konsumen terjadi pada kelompok bahan makanan dari 134,63 persen menjadi 133,13 persen dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan dari 121,85 persen menjadi 120,70 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga konsumen tertinggi adalah kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dari 114,17 persen menjadi 116,38 persen, diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar dari 119,37 persen menjadi 120,01 persen, kelompok kesehatan dari 120,44 persen menjadi 120,95 persen, kelompok sandang dari 112,82 persen menjadi 113,26 persen, dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dari 132,33 persen menjadi 132,48 persen.
Pada bulan Agustus, komoditi yang mengalami kenaikan adalah biaya pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Hal ini bertepatan dengan dimulainya tahun ajaran baru untuk jenjang pendidikan tersebut. Selain biaya pendidikan, komoditi yang mengalami kenaikan harga antara lain tarif listrik, cabai rawit, kentang, emas perhiasan, sewa rumah, upah pembantu rumah tangga, dan kontrak rumah.
Tarif listrik merupakan komoditi yang memicu inflasi karena adanya konsep pembayaran yang berbeda antara pelanggan pra bayar dan pelanggan pasca bayar. Pada bulan Agustus, pelanggan pra bayar untuk daya 1.300 VA s.d 6.600 VA mengalami penurunan tarif dari 1.412,66 (Juli 2016) menjadi 1.410,12 (Agustus 2016).
Sedangkan pelanggan pasca bayar untuk daya 1.300 VA s.d 6.600 VA mengalami kenaikan tarif dari 1.364,86 (Juni 2016) menjadi 1.412,66 (Juli 2016) yang baru terbayarkan pada bulan Agustus. [rac]

Rate this article!
Tags: