Jatim Krisis Air Bersih, Perlu Manajemen Tata Kelola

Pemprov Jatim, Bhirawa
Di Jawa Timur atau Pulau Jawa pada umumnya sudah masuk dalam kategori krisis air bersih. Krisis air bisa dilihat dari beberapa kategori yaitu waktu, ruang, jumlah, dan mutu.
Seperti, Kota Surabaya kini sudah menunggu waktu untuk memasuki titik krisis air. Dari segi waktu, sewaktu-waktu hujan deras di Kota Surabaya, mesin pompa beroperasi dan kalau misalkan sungai Surabaya tidak dikendalikan maka bisa berbahaya.
“Dilihat dari kategori jumlah air, memang masih bisa dikendalikan dan tidak meluap, mulai Mlirip sampai Wonokromo/Gubeng. Jumlah air bisa dikendalikan tapi gangguannya di mutu, airnya banyak tapi daya dukung sungainya rendah diakibatkan limbah tinggi, mengolah juga kelimpungan,” kata Direktur Utama Perum Jasa Tirta I Raymond Valiant Rutant, Senin (4/6).
Dikatakannya krisis ini juga masih belum begitu dirasakan masyarakat karena masih banyak hujan, dan pengelolaan airnya masih berjalan. “Bagaimana suatu saat, manusia saling berkompetisi mendapatkan air bersih, sekarang sudah terasa di Kota Malang,” katanya.
Dijelaskannya, Kabupaten/Kota Malang dan Kota Batu kini masih terus membicarakan membawa air bersih ke Kota Malang, karena Kota Malang tidak memiliki sumber air. “Sebenarnya krisis sudah terasa, di Kota Malang karena tidak memiliki mata air, dan di Kota Surabaya terganggu karena mutu dari sungai Surabaya,” katanya.
Menurutnya, untuk mengatasi masalah krisis air ini, adalah Manajemen Tata Kelola. “Saat ini, jumlah air kan tetap, namun untuk mengelola jumlah air supaya bisa menjadi win-win solusi itu yang harus diperhatikan dan penting,” katanya.
Untuk itulah, lanjutnya, diperlukan upaya mengurangi ego dari masing-masing kabupaten/kota dari hulu ke hilir dan bersama-sama melakukan manajemen tata kelola air. “Sekarang sudah ada payung hukum, dan masing-masing pemda harus bisa menyediakan anggaran untuk penegakan terhadap pencemar. Hasil akhirnya kan yang menikmati ya kembali lagi masyarakat,” tandasnya.
Raymond mengatakan, pihaknya juga sudah memasang alat sensor yang memberitahukan langsung adanya penurunan kualitas air. “Kami sudah pasang banyak di sungai Surabaya ini, khususnya melindungi pengambilan air yang berada di dekat Sungai Wonokromo,” katanya. [rac]

Tags: