Jatim Masih Berikan Sumbangan Terbesar Ekspor Nasional

16-perkembangan-ekspor-jatimPemprov, Bhirawa
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis sebanyak 11 provinsi memiliki nilai ekspor besar pada bulan September 2015 dan dinilai dapat menjadi andalan untuk menyumbang devisa bagi Indonesia. Jatim menjadi provinsi ketiga yang memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional periode Januari-September 2015.
“Provinsi yang menyumbang barang ekspor paling besar dan stabil berada di 11 provinsi. Untuk itu, ke sebelas provinsi ini penting dipantau oleh pemerintah dan ditingkatkan,” kata Kepala BPS RI, Suryamin, Kamis (15/10).
Suryamin menguraikan 11 provinsi tersebut antara lain, Jabar, Jatim, Kaltim, Riau, DKI Jakarta. Kepulauan Riau, Banten, Sumut, Jateng, Kalsel dan Lampung. “Semua provinsi ini berpotensi menghasilkan barang-barang untuk diekspor sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Lebih lanjut, dia menyebut tiga provinsi yang memberikan sumbangan terbesar terhadap ekspor nasional pada periode Januari-September tahun 2015 adalah Jabar sebesar US$19.283,4 juta (16,76 persen), Kaltim  US$14.256,1 Juta (12,39 persen), dan Jatim US$12.776,4 juta (11,10 persen). “Ketiganya memberikan kontribusi hingga mencapai 40, 25 persen dari seluruh ekspor nasional,” jelasnya
Sementara, BPS Jatim merilis juga nilai ekspor Jatim September 2015 mencapai USD 1.403,80 juta atau naik 2,51 persen dibanding ekspor bulan Agustus 2015 yang mencapai USD 1.369,38 juta. Sumbangan terbesar
Secara kumulatif, nilai ekspor Januari sampai September tahun 2015 mencapai USD 13.184,24 juta atau turun 7,22 persen dibanding ekspor periode yang sama tahun 2014 yang mencapai USD 14.209,99 juta.
Ekspor migas Jatim bulan September 2015 mencapai USD 55,86 juta atau turun 0,13 persen dibanding ekspor migas bulan Agustus 2015 yang mencapai USD 55,93 juta. Sedangkan selama Januari sampai September 2015 ekspor migas mencapai USD 443,35 juta atau turun 25,89 persen dibanding ekspor migas periode yang sama tahun 2014 yang mencapai USD 598,26 juta.
Ekspor non migas Jatim bulan September 2015 mencapai USD 1.347,94 juta atau naik 2,63 persen dibanding ekspor non migas bulan Agustus 2015 yang mencapai USD 1.313,45 juta. Sedangkan selama Januari sampai September 2015 ekspor non migas mencapai USD 12.740,89 juta atau turun sebesar 6,40 persen dibanding ekspor non migas periode yang sama tahun 2014 yang mencapai USD 13.611,73 juta.
“Selama bulan September 2015 ekspor non migas Jatim didominasi perhiasan/permata dengan nilai USD 309,20 juta, diikuti kayu dan barang dari kayu sebesar USD 97,26 juta, lemak dan minyak hewan/nabati sebesar USD 84,84 juta, ikan dan udang USD 76,22 juta, serta bahan kimia organiksebesar USD 75,73juta,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi, Satriyo Wibowo.
Untuk komoditi utama dari kelompok barang perhiasan/permata (HS 71) adalah perhiasan logammulia lainnyasenilai USD 308,08 juta atau naik 28,46 persen dibanding bulan sebelumnya.
Sedangkan di kelompok komoditi kayu dan barang dari kayu (HS 44) komoditi utamanya adalah kayu termasuk strip dan frieze dari non konifer lainnya untuk lantai papan adalah senilai USD 38,39 juta, naik 7,35 persen dari bulan sebelumnya
Sementara, di kelompok lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) komoditi utamanya adalah minyak kelapa sawit dimurnikan, dikeringkan, dan dihilangkan baunya dalam kemasan dengan berat bersih tidak melebihi 20 kilogram senilai USD 25,58 juta atau turun 27,30 persen dibandingkan bulan Agustus 2015.
Negara tujuan ekspor produk non migas Jatim yang terbesar adalah Jepang, dengan nilai ekspor mencapai USD 158,76 juta, diikuti Amerika Serikat sebesar USD 151,91 juta dan berikutnya adalah Swiss dengan nilai ekspor USD 136,49 juta.
Sedangkan untuk negara ASEAN tujuan ekspor komoditi non migas utama Jatim adalah Singapura dengan nilai ekspor mencapai USD 63,34 juta, diikuti Malaysia USD 60,54 juta, dan Thailand senilai USD 22,93 juta.
Sementara untuk negara Uni Eropa tujuan utama ekspor Jatim adalah Belanda dengan nilai ekspor sebesar USD 25,26 juta atau turun 15,32 persen dibanding bulan sebelumnya, Inggris senilai USD 21,95 juta dan Jerman USD 21,68 juta. [rac]

Tags: