Jatim Miliki KEK Digital IT dan Pariwisata

Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI R Wisnoe Prasetja Boedi, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Wagub Jatim Emil Elestianto Dardak dan Sekdaprov Jatim, Heru Tjahjono saat membuka Pameran Jatim Fair 2019 di Grand City Surabaya, Selasa (8/10). [humas pemprov jatim]

Gubernur Optimistis Jatim Fair Jadi Pameran Terbesar di Indonesia
Pemprov, Bhirawa
Keinginan untuk memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang bergerak di bidang teknologi digital dan pariwisata akhirnya terwujud di Jatim. Hal itu seiring dengan turunnya PP 68 tahun 2019 yang menjadi dasar didirikannya KEK Singosari di Malang.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, seiring dengan dibukanya Jatim Fair ke X tahun 2019, pemerintah pusat juga menerbitkan regulasi yang menjadi payung hukum beroperasinya KEK Singosari.
Dengan adanya kluster digital IT dan tourisme di KEK tersebut, Khofifah berharap akan memberikan penguatan bagi produk UMKM Jatim bisa go internasional. Digital IT juga bisa diakses tidak hanya oleh industry manufaktur tapi juga industry olahan terutama mamin yang menjadi unggulan Jatim.
“Rasanya ini akan menjadi bagian dari penguatan Jatim Fair. Jadi kalau ibu kota Indonesia pindah ke Kaltim, ini akan menjadi pameran terbesar di Indonesia. Sesuatu yang menurut saya sangat possible, bukan mimpi,” tutur Khofifah usai membuka secara resmi Jatim Fair 2019 di Grand City Surabaya, Selasa (8/10).
Hal ini cukup beralasan, sebab, dengan adanya Jatim Fair komunikasi antara buyer dan produsen semakin bagus. KEK Singosari, lanjut Khofifah, akan memberi penguatan tersendiri bagi UMKM termasuk teknologi otomotif yang dihasilkan anak-anak Jatim menjadi satu kesatuan dalam Jatim Fair yang akan datang. “Gesits (Motor lisitrik ITS) juga kita jadikan bagian dari inovasi teknologi anak-anak Jawa Timur dalam Jatim Fair,” ujar Khofifah.
Dengan terbitnya PP 68 tahun 2019 KEK Singosari, Khofifah juga berharap bahwa digital IT juga bisa diakses tidak hanya oleh industri manufaktur tapi juga industri olahan. Terutama mamin (Makan dam minuman) yang menjadi unggulan Jatim.
Selain itu, pihaknya juga berharap adanya penguatan terhadap teknologi kedokteran yang menjadi kontributor pada PDRB ke dua pada semester satu 2019. “Jadi banyak hal yang ingin kita promote pada Jatim Fair ini. Dan saya optimis ini akan menjadi pameran terbesar di Indonesia,” ungkap dia.
Lebih lanjut Khofifah menjelaskna, keberadaan KEK Singosari diharapkan dalam menstimulasi seluruh UMKM dengan intervensi teknologi. Terutama untuk industri pengolahan dan terutama lagi untuk mamin karena andalan jatim adalah makanan dan minuman. “Saya sering menyebut petik, olah, kemas, jual. Apakah sektor kelautan, pertanian, peternakan atau perkebunan. Industri pengolahan menjadi penting dalam mengurangi komponen impor,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Biro Administrasi Ekonomi Setdaprov Jatim Dyah Wahyu Ermawati mengungkapkan, pemerintah pusat sebenarnya tidak lagi mengizinkan kawasan ekonomi khusus berdiri di Jawa. Namun, berbeda dengan KEK Singosari yang memiliki kekhususan di sektor digital IT dan pariwisata. “Karena itu, pemerintah pusat mengizinkan dan menurunkan PP 68 tahun 2019 ini,” tutur dia.
Dyah Erma mengaku, akan mendukung upaya Gubernur Jatim Khofifah dalam mewujudkan Jatim Fair sebagai pameran terbesar di Indonesia. Sebab, melalui pameran ini pelaku UMKM akan terfasilitasi untuk meningkatkan transaksi ekonomi di Jatim. Selain itu, sirkulasi keuangan juga akan terangkat dengan adanya kunjungan dan aktifitas belanja di Jatim.
“Salah satu yang ingin didorong melalui Jatim Fair adalah pengembangan pasar ekspor. Produk UMKM di Jatim sebenarnya sangat bagus, tapi selama ini banyak produk UMKM yang dibeli provinsi lain dan kemudian diekspor dari provinsi itu. Seperti misalnya di Bali,” tutur Dyah Erma.
Untuk itu, lanjut Erma, untuk mendorong pasar Ekspor ini diperlukan penyesuaian kebutuhan pasar yang akan dituju. Misalnya pasar Eropa yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap aksesoris perhiasan dari logam. Namun, mereka tidak begitu tertarik dengan aksesoris yang menggunakan variasi batu-batuan seperti di Jatim.
“Potensi pasar kerajinan di Eropa bisa diambil jika kualitas produk UMKM ini bagus dan sesuai dengan minat pasar. Baik dari desain dan kualitas bahannya yang sesuai dengan harapan pasar,” pungkas dia. [tam]

Tags: