Jatim Minus Kedelai 60 Ribu Ton Pertahun

(Petani Enggan Tanam Kedelai)
Lumajang, Bhirawa
Produktivitas kedelai di Jatim biasa mencapai 42,2 persen terhadap produksi nasional. Sayangnya, kedelai di Jatim masih minus, karena kebutuhan rata-rata pertahun masih kurang 60 ribu ton.
Itulah mengapa Dinas Pertanian (Distan) Jatim meminta agar Pemkab Lumajang dan pemerintah daerah lainnya memberikan andil kepada produktivitas kedelai, terutama perbenihan. Dimana, perbenihan kedelai di Jatim kurang dibandingkan padi dan jagung.  Sementara itu untuk komoditi padi di Jatim telah memberikan kontribusi 16,9 persen.
Menurut Kasubag Penyusunan Program Distan Jatim, Ir Koemawi Hari Suko, MM, jika dihitung terkait jumlah penduduk dengan tingkat konsumsi perkapita, mengalami surplus 4,3 juta ton beras. ”Hasil ini dipacu dari produktivitas lahan padi seluas 802.357 hektar. Untuk komoditi jagung mencapai 31,13 persen dengan surplus hasil 4,5 juta ton,” jelasnya.
Guna tetap mempertahankan kontribusi hasil pertanian komoditi tanaman pangan tetap optimal, Pemprov Jatim memberikan akses permodalan, sarana produksi dan infrastruktur kepada petani. ”Akses itu akan terus ditingkatkan dan menjadi prioritas Dinas Pertanian Provinsi Jatim guna meningkatkan indeks pertanian,”jelasnya.
Selain itu peningkatan kualitas produk juga akan terus dilakukan, sehingga bisa meningkatkan nilai tambah komoditas tanaman pangannya. “Ada dua strategi untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan di Jatim, diantaranya melalui BPPT Pertanian Karangploso yang telah memberikan andil besar.” papar Koemawi.
Tenaga penyuluh, menurut Koemawi, juga tidak kalah besar andilnya dalam memberikan kontribusi terhadap optimalisasi hasil produktivitas pertanian. “Selain itu, juga dilakukan survey maupun sampel ubinan untuk memacu produktivitas tanaman pangan di daerah dengan kerjasama BPS dan Dinas Pertanian,” ungkapnya.
Hal ini terus didorong guna memacu produktivitas tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan 38 juta jiwa penduduk di Jatim yang merupakan terbesar kedua di Indonesia. ”Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk memacu produktivitas komoditi tanaman pangan dan hortikultura,”tegasnya.
Sementara itu, Drs H As’at Malik, Mag Wakil Bupati Lumajang juga mengatakan, untuk mempertahankan produktivitas haisl pertanian komoditi tanaman pangan di Kota Pisang ini, Pemkab Lumajang berupaya mempertahankan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) seluas 32.032 hektar melalui berbagai program.  “Baik melalui bantuan, maupun dengan melakukan sampel ubinan komoditi tanaman pangan,” kata As’at Malik .
Namun yang menjadi masalah adalah, komoditi kedelai untuk biaya produksinya mahal dan tidak seimbang dengan harga jual komoditinya yang murah.  Hal itulah yang membuat petani banyak yang tidak tertarik untuk mengembangkan komoditi kedelai di Lumajang. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Pertanian Lumajang untuk mengupayakan agar menanam kedelai menjadi menyenangkan bagi petani.
“Karena, saat ini banyak lahan tanaman kedelai dialihfungsikan untuk tanaman tebu atau Sengon,’tegasnya. Hal berbeda terjadi beberapa tahun lalu, dimana kedelai, jagung dan oncer menjadi tanaman yang menyenangkan. Saat ini lebih memilih sengon karena merawatnya mudah dan hasil panennya mahal. Padahal, saat ini banyak perajin tempe yang kesulitan bahan baku Kedelai. [yat]

Tags: