Jatim Siap Kirim Naker Bersertifikat Internasional

Naker Bersertifikat InternasionalSurabaya, Bhirawa
Rencana Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim mengirimkan lulusan SMK bekerja ke Jerman kian matang. Koordinasi lintas institusi dilakukan, seperti Kadin Konstan Jerman, Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Jatim dan SMK rujukan yang menjadi leading sector.
Ada 50 siswa dari enam SMK yang digadang-gadang akan dikirim ke negara federasi di Eropa Barat ini. Mereka berasal dari jurusan informasi teknologi (IT), mekatronika dan keperawatan. Saat ini, keenam SMK itu bersama Dindik Jatim dan BKSP Jatim tengah menggodok kurikulum yang dapat menghasilkan sertifikati kompetensi bagi mereka.
Ketua Badan Kooordinasi Sertifikasi Profesi Jatim Setiyo Agustiono mengatakan, sertifikat kompetensi lulusan SMK ini tak hanya berstandar Indonesia tetapi juga diakui perusahaan Jerman. Dengan sertifikat kompetensi ini lulusan SMK tidak perlu melalui proses Mutual Recognition Agreement  (MRA) antara dua negara.
“Tanpa melalui (MRA) pun, lulusan kami bisa diakui karena kompetensinya disesuaikan dengan Jerman,”tegas Setiyo, Senin (26/1).
Terobosan Dindik Jatim ini diakui Setiyo cukup strategis untuk segera merealisasikan target pengiriman lulusan SMK ke Jerman. Sebab, jika harus melewati proses MRA, waktu dan prosedur yang harus dilewati terlalu panjang.
“Kita buat strategi ini memang sengaja menyiasati MRA. Tapi dengan kualitas lulusan yang kompeten dan memang diakui,” tutur dia.
Pelaksanaan program ini, menunggu kelulusan siswa yang diperkirakan tuntas pada April 2015 mendatang. Setelah itu, pada Mei hingga Juli 2015, 50 siswa yang terpilih akan diberikan pendidikan khusus untuk menyesuaian kurikulum di Jerman. Hal ini dirasa perlu karena kurikulum di Indonesia berbeda dengan Jerman. “Di Jerman 60 persen praktek, jadi tambahan inilah yang akan kami ajarkan usai kelulusan,”terangnya.
Kemudian pada Juli hingga November 2015, 50 siswa ini rencananya akan  dimagangkan di perusahaan Jerman. Dan setelahnya, mereka akan diuji kompetensinya lagi sebelum dikirim ke Jerman.
Dengan mekanisme ini Setiyo optimis, 50 siswa yang dipersiapkan itu mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja di Jerman. “Kami harapkan industri Jerman menyerap. Kalau tidak di Jerman, paling tidak industri Jermandi Indonesia bisa menyerap,”tegasnya.
Kooordinator Program Kemitraan Pendidikan Kejuruan Jerman di Indonesia Andreas Gosche sebelumnya juga mengungkapkan, kebutuhan tenaga ahli lulusan SMK di Jerman sangat tinggi. Selama ini kebutuhan itu banyak diisi tenaga dari Philipina. “Kami harapkan dari Indonesia bisa memanfaatkan peluang ini. Tentu tanpa mengurangi suplay tenaga kerja yang dibutuhkan di sini. Karena kami tidak mau dikatakan mencuri tenaga kerja yang dibutuhkan di sini,”kata Gosche dengan bahasa Indonesia yang lancar.
Hingga kemarin, Gosche bersama timnya masih mengaji bidang-bidang apa saja yang bisa diisi lulusan SMK dari Jatim. “Mungkin teknik, pertukangan, IT dan kesehatan,” sahut Birgif Steffan, salah satu tim dari Jerman.
Disinggung tentang sertifikat kompetensi yang saat ini sedang diburu siswa, menurut Gosche, sertifikat itu bukan satu-satunya pertimbangan tenaga kerja bisa diterima masuk Jerman atau tidak. Sejak April 2012 silam di Jerman diberlakukan undang-undang sertifikat lulusan asing untuk pendidikan kejuruan.
Ketika ada tenaga asing yang akan masuk ke Jerman, akan ada proses verifikasi dari lembaga khusus. Lembaga ini  akan menilai kelengkapan administrasinya seperti sertifikat, ijazah atau tanda kecakapan lainnya.
“Setelah tiga bulan diteliti, baru ada jawaban apakah dia boleh masuk ke jerman atau tidak. Tetapi untuk bekerja tergantung dari perusahaannya,”terangnya. [tam]

Tags: