Jatim-Swiss Perkuat Kerjasama Bidang Riset

Ketua AIRC Unair Prof CA Nidom bersama perwakilan dari dua universitas di Swiss dalam simposium formulasi vaksin di Unair, Rabu (29/3). [adit hananta utama]

Kolaborasi dengan Unair, Kucurkan Rp 8 M Kembangkan Vaksin Flu Burung
Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim dan Swiss sepakat untuk memperkuat kerjasama di bidang riset dengan perguruan tinggi. Tujuannya untuk menghasilkan produk-produk yang lebih berkualitas bagi Jatim. Sebab Swiss merupakan negara maju yang memiliki kualitas teknologi sangat baik.
“Swiss sebagai negara yang maju karena kualitas teknologinya. Kemajuan Swiss di bidang vokasional juga diharapkan bisa diperluas. Maka dari itu, Jatim ingin memperkuat kerjasama di bidang riset dengan Kementerian Perdagangan dan Swiss,” kata Gubernur Jatim Dr H Soekarwo saat menerima kunjungan Duta Besar Swiss untuk Indonesia Yvonne Baumann di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (29/3).
Mengingat kerjasama bidang riset ini sangat penting, kata Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Soekarwo, maka akan ditindaklanjuti secara serius dengan membentuk tim untuk memperjelas pelaksanaan program kerjasama. Program kerjasama itu bisa berbentuk magang langsung di Swiss.
“Nantinya akan dibahas apakah peserta didik dapat langsung magang di perusahaan Swiss atau mendatangkan pelatih dari Swiss ke Jatim. Dengan metode riset secara langsung seperti ini diharapkan dapat mengembangkan keahliannya. Karena orang-orang yang pintar, juga harus dilengkapi degan skill/ keterampilan yang bagus,” harapnya.
Kunjungan Dubes Swiss ke Jatim yang didampingi Konsul Kehormatan Swiss di Surabaya Christopher Tjokrosetio ini, menurut Pakde Karwo merupakan kesempatan yang tepat untuk melihat langsung potensi Jatim. “Ini merupakan peluang bagi investor karena Jatim merupakan peluang pasar yang sangat potensial untuk Wilayah Indonesia Timur,” kata Pakde Karwo meyakinkan.
Tidak hanya itu, peluang pasar ASEAN Indonesia mencapai 40 persen dan Jatim sendiri sudah bisa menguasai 8 persen peluang pasar ASEAN. Hal ini memberikan peluang dalam meningkatkan kerjasama dan membawa dampak positif bagi kedua belah pihak.
Selama ini Swiss sudah bekerjasama dengan Unair di bidang pengobatan penyakit tidak menular, juga sudah membantu pendidikan vokasional di BLK Malang.  Kerjasama antara Jatim-Swiss di bidang perdagangan dan pariwisata terus meningkat. “Saya masih ingin meningkatkan kerjasama dengan salah satu perusahaan Swiss, PT Nestle Indonesia karena Jatim masih kekurangan 800 ton susu per hari,” tambahnya.
Selain PT Nestle Indonesia, perusahaan besar dari Swiss di antaranya, PT Lamipak Primula Indonesia, PT Akasha Wira Internasional Tbk, PT Villiger Tobacco Indonesia, dan PT Ades Waters Indonesia Tbk. Komoditi utama non migas Jatim yang diekspor ke swiss di antaranya perhiasan/ permata, perkakas, perabot, penerangan rumah, alas kaki, perangkat musik dan mainan.
Sebagai salah satu negara tujuan ekspor Jatim, Swiss pada 2012 berada di urutan ke-92, namun dari tahun ke tahun beranjak naik pada 2014 di urutan ke-66, pada 2015  urutan ke-6, dan pada 2016 di urutan ketiga. Terakhir pada periode Januari-Februari 2017 berada di urutan ketiga.
Sedangkan komoditi utama non migas Jatim dari Swiss adalah perhiasan/permata, mesin-mesin pesawat mekanik, bahan kimia organik, plastik, serta lemak dan minyak hewan/nabati, produk industri farmasi, minyak atsiri, kosmetik, wangi-wangian, mesin/peralatan lsitrik, olahan dari tepung dan perangkat optik.
Nilai impor dari Swiss pada 2012 menduduki peringkat ke-64. Pada 2013 di urutan ke-30, pada 2014 di urutan ke-34, dan pada 2015 di urutan ke-31, pada 2016 ke-8 dan periode Januari – Februai 2017 berada di urutan  ke-11.
Investasi Swiss di Jatim sampai 2015 627,8 juta dollar AS terdiri dari 18 proyek yang menyerap  6.398 tenaga kerja. Terbanyak berupa industri makanan sebanyak delapan proyek.

Tags: