Jatuhnya Dua Bapak Bangsa

Buku Detik MenegangkanJudul Buku  : Detik-Detik Paling Menegangkan
Penulis    : Mohammad Goenawan
Penerbit  : PALAPA
Tahun Terbit  : Cetakan Pertama, 2015
Tebal    : 14 x 20 cm, 244 Halaman
ISBN    : 978 – 602 – 255 – 815 – 6
Peresensi  : Usman Hadi
Pegiat Samoedra Aksara Institute; Alumnus FAIB UIN Sunan Kalijaga

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tau akan sejarah bangsanya, sekaligus memaknai, mengambil hikmah atas peristiwa masa lampau, kemudian dijadikan refleksi dan pijakan untuk melangkah ke masa depan. Oleh karena itu, sudah selayaknya bangsa ini menjadikan sejarah bangsanya sebagai pembalajaran hidup dalam menata masyarakatnya.
Salah satu momen penting sejarah bangsa ini yakni jatuhnya kedua presiden yang memiliki jasa besar terhadap republik. Mereka yakni Soekarno – presiden pertama Indonesia, dan Soeharto – yang dijuluki sebagai bapak pembangunan. Bila dihitung, masa jabatan Soekarno sebagai presiden yakni 20 tahun, dan Soeharto kurang lebih 32 tahun.
Dengan masa jabatan yang begitu panjang, tentu jasa keduanya untuk republik tak perlu dipertanyakan lagi. Terlepas kekurangan dari keduanya, hal itu dapat dimaklumi sebagai pribadi manusia yang tak sempurna. Sudah sepatutnya bangsa ini memberikan penghargaan lebih kepada kedua tokoh ini.
Demikian pula dengan sejarah, sudah sepantasnya sejarah memperlakukan kedua tokoh ini secara lebih objektif dan berimbang. Artinya, sejarah yang disajikan ke khalayak tidak didominasi dengan segi negatif atau kekurangan – kesalahan dari kedua tokoh tersebut, namun jasa mereka untuk republik juga perlu diurai lebih dalam lagi.
Berbicara mengenai sejarah kedua tokoh ini, terdapat dua pola sejarah yang sama, yakni mereka sama-sama turun dari singgasana kepresidenannya karena desekan dari mahasiswa. Bila Soekarno turun karena krisis akibat Gerakan 30 September (G 30 S) yang berujung pada kudeta merangkak, Soeharto turun dari jabatannya karena krisis moneter yang menerpa negeri ini.
Terlepas dari kedua sebab itu, sejarah telah mencatat bahwa lengsernya kedua tokoh bangsa ini tidak bisa dilepaskan dari andil mahasiswa. Sebelum Soekarno lengser, serentetan aksi unjuk rasa hampir tiap hari terjadi. Aksi-aksi mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dengan jargon “Tritura” berhasil mendesak Soekarno. Demikian pula sebelum Soeharto lengser, berbagai demonstrasi di berbagai daerah – yang digawangi mahasiswa – berhasil mendesak Soeharto untuk menaggalkan takhtanya.
Buku berjudul “Detik-Detik Paling Menegangkan” yang ditulis Mohammad Goenawan ini banyak menguraikan tentang peristiwa sejarah sebelum kedua tokoh tersebut lengser. Dengan pembahasan yang runtut – kronologis, Goenawan mengurai benang sejarah bangsa ini dengan apik. Selain itu, sebab-sebab lengsernya mereka dari singgasana presiden juga dibahas secara komplet.
Seperti tergambar pada pembahasan Soekaro, Goenawan menguraikan perihal campur tangan asing – yang mana pihak asing tak suka dengan gelagat dan kebijakan Soekarno yang tak memihak mereka. Sejarah menjadi saksi, pada masa soekarno berkuasa modal asing begitu sukar masuk ke Indonesia, berbagai program nasionalisasi aset asing jamak dilakukan pemerintah.
Di antara kebijakan Soekarno yang menyebabkan pihak Barat gerah yakni keputusan untuk merevisi kontrak pengelolaan minyak. Dalam revisi tersebut disebutkan bahwa keuntungan perusahaan minyak asing di Indonesia 60% di antaranya harus diberikan kepada pemerintah, sisanya diperuntukan untuk perusahaan yang bersangkutan (hlm. 28).
Dengan sikap Soekarno yang seperti itu, pihak Barat berpikir keras bagaimana caranya untuk melengserkan Soekarno. Oleh sebab itu, terdapat konspirasi besar sehingga muncul G 30 S yang disponsori oleh PKI. Kesempatan ini tidak disia-siakan Barat, di samping menggulingkan Soekarno, momen G 30 S juga dimanfaatkan mereka untuk memberengus PKI di Indonesia. Berawal dari tragedi tersebut kemudian menyulut konflik dan krisis akut di dalam negeri – yang menghantarkan Seokarno lengser dari kursi kepresidenannya.
Lengsernya Soeharto juga tak jauh berbeda. Tatkala Indonesia tengah dilanda krisis moneter. Momen ini dimanfaatkan mahasiswa untuk menjatuhkan Soeharto dan pemerintahannya. Aksi demonstrasi yang digalang mahasiswa ini memakan korban jiwa. Setidaknya empat mahasiswa tewas saat “Tragedi Trisakti” berlangsung (hlm. 185).
Dengan jatuhnya korban, justru hal itu malah menyulut amarah dari mahasiswa. Sehingga terjadi demonstrasi besar di berbagai daerah. Puncaknya tatkala mahasiswa dari beragam universitas di negeri ini menduduki Gedung DPR/MPR pada 18 Mei 1998 (hlm. 210). Tak berselang lama, karena desakan mahasiswa semakin kuat akhirnya Soeharto memutuskan untuk meletakkan jabatannya pada 21 Mei 1998 (hlm. 234).
Seperti itulah sekelumit momen lengsernya kedua bapak bangsa. Buku setebal 244 halaman ini berhasil merangkai dengan apik momen-momen lengsernya kedua bapak bangsa tersebut. Buku ini patut dimiliki oleh semua kalangan, agar kita tidak lupa dengan sejarahnya. Bukankan bangsa dan masyarakat yang berperadaban adalah bangsa yang sadar akan sejarah bangsanya. ?

                                                                                                         ————- *** ————–

Rate this article!
Jatuhnya Dua Bapak Bangsa,5 / 5 ( 1votes )
Tags: