Jauh dari Gelar Kesarjanaan

Herlina-Harsono-Njoto-2Herlina Harsono Njoto SPSi, MPSi
Politikus sering kali dituntut serba bisa. Bahkan untuk hal-hal yang jauh dari latar belakang kemampuan akademisnya. Demikian pula yang dialami legislator perempuan dari Partai Demokrat ini di DPRD Surabaya. Karena bertugas di Komisi C Bidang Pembangunan, latar belakangnya sebagai seorang psikolog hampir tidak pernah dimanfaatkan dalam rutinitas kerja sehari-hari.
“Banyak pihak sering lupa kalau saya bergelar Sarjana Psikologi. Bahkan  gelar master sekarang juga saya sandang. Kerja saya di dewan justru lebih dekat dengan masalah teknis, bukan psikologi lagi sesuai latar belakang keilmuan saya,” kata Herlina Harsono Njoto SPSi, MPSi belum lama ini.
Ini pulalah yang membuat sejumlah wartawan merasa ketinggalan berita saat polemik isu undur diri  Wali kota Tri Rismahartini memuncak beberapa waktu lalu. “Baru setelah polemik itu sudah mau diselesaikan DPP PDIP, ada wartawan yang bertanya tentang analisis psikologi seorang Wali Kota Tri Rismaharini pada saya. Dari sanalah latar belakang keilmuan saya dipakai lagi,” ungkap legislator perempuan yang juga anak salah satu pengacara terkenal di Kota Surabaya ini.
Tidak aneh sebenarnya banyak orang melupakan latar belakang akademis  politikus muda yang akan maju kembali saat Pileg 2014 mendatang ini. Sebab Herlina termasuk anggota Komisi C yang vokal dan kuat analisisnya atas masalah bidang pembangunan di Kota Surabaya. Karena kevokalannya. Herlina dikira berlatar pendidikan politik.
Meski sempat diragukan karena faktor pengalaman, Herlina juga pernah menjabat sebagai Ketua Pansus Raperda Retribusi IMB yang ramai menjadi polemik dua tahun lalu. Bahkan ketika itu, tanpa dukungan yang cukup kuat dari fraksinya, Herlina berani menolak kebijakan Ketua DPRD Surabaya (saat itu) Wisnu Wardhana untuk meloloskan beberapa pasal krusial.
Kembali ditanya soal kondisi psikologis Wali kota Tri Rismaharini terkait isu undur diri, Caleg Dapil Surabaya III ini justru meminta wartawan memastikan posisinya terlebih dahulu. “Ini saya bicara sebagai ahli psikologi atau sebagai politikus yang tahu psikologi.  Kalau sebagai politikus, penilaian saya bisa jadi lebai. Kalau sebagai ahli ya nanti saya kirim email ke sampeyan , teorinya kan bisa macam-macam,” katanya mengelak pertanyaan wartawan. [gat]

Rate this article!