Jeda Makan Daging

Karikatur Makan DagingSebulan ini, sebaiknya tidak mengkonsumsi daging sapi, sampai tiba hari raya Idul Adha. Saat ini harga daging sapi di Jakarta dan sekitarnya (Jawa Barat dan Banten) mencapai Rp 140 ribu per-kilogram. Ini harga daging termahal di dunia, sekaligus sebagai “gertakan” blantik importir, agar pemerintah menambah kuota impor. Tetapi peternak lokal akan kehilangan pangsa pasar, karena (selalu) kalah bersaing.
Bekurangnya pasokan daging sapi seperti saat ini (sebulan menjelang Idul Adha), sebenarnya rutin terjadi. Peternak cenderung “menahan”  menjual komoditas andalannya, menungggu sampai 10 hari jelang takbiran (tanggal 10 bulan Dzulhijjah). Sampai maksimal hari tasyriq, yakni 3 hari masa takbiran. Pada kurun 23 hari tersebut merupakan pick seasson penjualan hewan ternak, dengan harga tertinggi. Puncak Idul Adha, diperkirakan pada tanggal 24 – 25 September 2015.
Seluruh hewan ternak akan disembelih habis dalam waktu empat hari. Lalu dibagikan secara gratis. Di Jawa Timur saja, dibutuhkan sekitar 500 ribu ekor hewan kurban yang akan disembelih. Terdiri dari 70 ribu-an sapi dan 430 ribu-an kambing. Namun ketersediaan sapi di Jawa Timur, sangat berlimpah, sekitar 4,8 juta ekor. Walau tidak seluruhnya siap dipotong. Serta tidak boleh dipotong karena tergolong betina produktif.
Jawa Timur merupakan daerah penyangga utama kebutuhan daging sapi nasional. Hanya sekitar 10% yang dikonsumsi masyarakat Jawa Timur, sisanya diperdagangkan ke luar propinsi. Memang tidak seluruh sapi siap dipotong, karena masih harus menunggu setidak-tidaknya sampai usia 2 tahun. Berdasar kriteria itu, jumlah sapi siap dipotong sebanyak 750 ribu ekor. Tidak perlu khawatir, karena jumlah kelahiran mencapai 1 juta ekor (surplus 250 ribu ekor per-tahun).
Sebenarnya, Indonesia tidak terlalu kekurangan daging sapi. Namun beberapa restoran dan hotel konon tidak menerima daging sapi lokal. Konon pula, turis manca negara tidak suka daging lokal (karena alot). Serta sistem penyembelihan yang tidak memenuhi standar. Hampir seluruh RPH (rumah potong hewan) tidak memiliki “ruang tunggu” sebelum penyembelihan, serta sistem sanitasinya (limbah) sangat  buruk.
Untuk mencukupi kebutuhan daging sapi, biasanya disuplai silang dari sapi perah yang tidak produktif. Sekitar 20% sapi perah yang sudah tua (eks impor pula), berubah peruntukan menjadi sapi potong. Namun tidak dianggap sebagai sapi eks impor, melainkan sapi “bekas.” Sektor sapi perah inilah yang selama ini memperoleh kuota impor terbesar. Alasannya, demand susu tidak bisa dicukupi dari dalam negeri.
Meng-komsumsi daging sapi eks-impor, sebenarnya tidak nikmat benar. Daging sapi eks impor memang terasa empuk.  Tetapi sebenarnya lembek, yang setiap saat gampang busuk. Dalam perjalanan laut selama dua pekan daging sudah membusuk. Banyak daging tak layak konsumsi (busuk) yang “nyelonong” langsung masuk hotel dan restoran. Bahkan sebagian diantaranya sudah menyimpan belatung di sela-sela serat daging.
Begitu pula daging sapi tua, eks-sapi perah, terlalu banyak mengandung lemak. Itulah yang menyebabkan daging impor cepat busuk, walau disimpan dalam cold storage (pendingin). Hampir seluruh sapi asal impor (sapi perah maupun sapi potong) merupakan hasil budidaya peternakan. Makanannya dicampur dengan konsentrat, agar daging cepat mengembang. Konsentrat menyebabkan konstruksi daging tidak kokoh (lembek). Inilah yang menjadikan daging impor seolah-olah lebih empuk.
Melambungnya harga daging sapi di Jakarta dan sekitarnya, seyogianya dibaca sebagai “gertakan” blantik importir. Tujuannya, pemerintah membuka keran impor. Namun andai masih harus impor, seluruhnya harus berupa sapi (hidup) yang akan disembelih di dalam negeri. Agar bisa memberikan peluang kerja yang lebih luas di dalam negeri.

                                                                                                                 ——-   000   ———

Rate this article!
Jeda Makan Daging,5 / 5 ( 2votes )
Tags: