Jelajahi Sejarah Arsitek Estourgie di Surabaya

Timoticin dan Pauline saat menjelaskan beberapa contoh arsitektur Estourgie asal Belanda. [adit hananta utama]

Surabaya, Bhirawa
Penguasaan Belanda terhadap Indonesia dalam tempo yang begitu lama meninggalkan pengaruh yang sangat kuat. Salah satunya ialah pengaruh seni arsitektur. Hingga saat ini banyak bangunan yang berdiri di Indonesia merupakan karya arsitektur Belanda, tak terkecuali di Surabaya.
Di Surabaya, sejumlah cagar budaya merupakan peninggalan kolonial Belanda. Salah satu arsitektur Belanda yang jarang diungkapkan adalah karya-karya arsitek Estourgie. Prodi Arsitektur Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya mencoba menjelajahi jejak-jejak sejarah dari cagar budaya di Surabaya karya arsitektur Estourgie.
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UK Petra Timoticin Kwanda mengatakan, upaya tersebut merupakan bagian dari penelitian yang diperoleh dari Kedutaan Besar Belanda senilai Rp200 juta. Penelitian itu bertujuan untuk mengungkap karya arsitektur dari Estourgie yang banyak menjadi cagar budaya di Surabaya namun tak banyak diketahui masyarakat umum.
“Hibah ini merupakan hibah penelitian yang saya buat sejak 2016 lalu. Arsitek Estourgie dan karya-karyanya belum begitu dikenal oleh para akademis arsitektur dan masyarakat umum di Indonesia. Sehingga saya tertarik untuk mengungkapkan karakter khas bangunannya kepada publik,” kata Timoticin dalam Workshop Internasional Estourgie Architecture di UK Petra, Rabu (11/10).
Timoticin menjelaskan, setiap bangunan yang berusia di atas 50 tahun pasti mempunyai nilai sejarah yang unik. Karakter khasnya mengacu pada tampilan keseluruhan bentuk bangunan, bahan, keahlian, detail dekoratif, ruang interior dan fitur, serta lingkungannya. “Sehingga sangat menarik sebagai bahan pembelajaran sejarah perkembangan arsitektur kolonial Belanda saat ini,” kata dia.
Dalam workshop tersebut, dihadiri pula pembicara dari Konsultasi riset warisan budaya PKMvR Dr Pauline K.M. van Roosmalen. Pauline memberikan gambaran mengenai arsitektur Kolonial Belanda khususnya karya-karya arsitek Estourgie.
Dr Pauline mengatakan pengungkapan karya arsitektur dari Estourgie ini dengan harapaan mahasiswa atau pun masyarakat dapat mengenal dan mengetahui akan sejarah sehingga nantinya bangunan cagar budaya akan dapat dijaga.
Ada 40 data dari astiktur karya Estorugie yang  saya bawa dari Belanda. Saya sudah pernah berkeliling selama tiga hari namun  belum memotret semua gedung karena susah dicari dan berubah,” kata dia. Dia menambahkan bangunan yang dirancang oleh Estourgie tak hanya gedung perkantoran Pemerintah Kolonial Belanda namun ada pabrik, apartemen, rumah dan lain sebagainya. [tam]

Tags: