Jelang Imlek, Permintaan Mie Naik 50 Persen

Kemeriahan perayaan Imlek di Restoran Tokyo, dimanfaatkan sebagai harapan untuk menatap tahun ini lebih baik lagi.

Kemeriahan perayaan Imlek di Restoran Tokyo, dimanfaatkan sebagai harapan untuk menatap tahun ini lebih baik lagi.

Surabaya, Bhirawa
Menjelang Tahun Baru Imlek sejumlah penjual misoa dan mie kering mengalami kenaikan omzet sebesar 50 persen di bandingkan pada hari biasa. Naiknya penjualan misoa dan mie kering tidak lepas dari sebuah nilai luhur kepercayaan tentang umur panjang bagi yang menikmatinya.
Selain memiliki kepercayaan atas umur panjang, kebanyakan etnis tionghoa percaya dengan merayakan tahun baru Imlek bersama keluarga maka terdapat kesejahteraan dan kemakmuran yang di panjatkan melalui doa-doa yang di ucapkan. Tidak terkecuali, masyarakat yang menjualnya juga ketiban rezeki yang berlimpah.
Adi Sastro Karyo, pemilik salah perusahaan mie telur cap Belalang menjelaskan naiknya penjualan bukan karena seni marketing saja, tetapi lebih karena kebudayaan tionghoa yang masih dipegang teguh oleh leluhur. Ia mengakui, jumlah permintaan misoa dan mie kering yang dijualnya mengalami kenaikan cukup tinggi. Sehingga ia harus menolak beberapa permintaan pelanggannya.
“Sebulan yang lalu, sudah banyak konsumen setia kami yang melakukan pemesanan, karena di persiapkan untuk Imlek yang jatuh pada tanggal 19 Februari nanti. Kebanyakan mereka berasal dari luar pulau dan beberapa pedagang yang datang langsung membeli dalam jumlah yang lebih banyak dari biasanya, jika di hari biasa mungkin hanya 50 bal, tetapi pada Imlek bisa mencapai 100-300 bal. Sedangkan untuk luar pulau kebanyakan dalam bentuk pemesanan container,” jelas Alumnus Ubaya tahun 98, di Simo Kwagean Surabaya, Senin (16/2) kemarin.
Adi mengungkapkan bahwa semua pemilik pabrik misoa dan mie kering masih bisa dikatakan masih memiliki hubungan persaudaraan. Sehingga meskipun terdapat perbedaan merek, tetapi ada waktu tertentu mereka berkumpul sebagai saudara, dan tidak menjadi kompetitor.
“Ia memprediksi, kenaikan permintaan misoa dan mie keriting jika dihitung dalam rupiah bisa mencapai Rp.2,5 miliar pada perayaan Imlek tahun ini. Sedangkan pada tahun lalu, seingat saya hanya Rp.2,1 miliar,” jelasnya.
Sementara itu, bagi Linda Wiajaya pemilik Resto Tokyo di daerah Nginden menjelaskan meskipun di restorannya terdapat banyak menu, tetapi menu misoa memang tidak bisa dilepaskan dari adat istiadat. Untuk Imlek tahun ini, dia menambah sekitar 800 pack misoa, dari tahun lalu yang hanya 700 pack misoa yang dihidangkan pelanggan.
“Sifatnya memang kami menyesuaikan atas jumlah meja yang di booking oleh pelanggan. Menu yang dihidangkan mulai dari aneka ikan laut, steak, hingga misoa yang merupakan makanan penutup sebelum buah-buahan.
Linda tidak menampik, jika pelanggan yang sudah melakukan pemesanan meja untuk merayakan Imlek cenderung mengalami kenaikan. Jika dahulu, Resto Tokyo menyediakan 100 meja yang penuh dengan pelanggan, sekarang telah di tambah menjadi 125 meja, sedangkan 25 meja sisanya dibuat cadangan apabila ada orang yang memesan pada hari H-nya.
“ Untuk setiap meja yang berisi 10 orang, kami patok dengan harga Rp. 3.5 juta dengan 8 menu hidangan yang menjadi andalan restoran ini. Tapi jika pelanggan menggunakan lobster, harus menambah sekitar Rp.1.5 juta,” ujarnya. [wil]

Tags: