Jelang Krisis Kopi Dunia, Indonesia Harus Ambil Peluang

Dr. Ir. Surip Mawardi, SU., peneliti senior pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) dalam acara Kuliah Umum dan Diskusi Ilmiah dengan tema Prospek dan Kendala Pengembangan Kopi Untuk Kesejahteraan Masyarakat di Era Globalisas, yang digelar oleh Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Jember (3/5).

Dr. Ir. Surip Mawardi, SU., peneliti senior pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) dalam acara Kuliah Umum dan Diskusi Ilmiah dengan tema Prospek dan Kendala Pengembangan Kopi Untuk Kesejahteraan Masyarakat di Era Globalisas, yang digelar oleh Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Jember (3/5).

Jember, Bhirawa
Laju pertumbuhan produksi kopi ternyata masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan jumlah konsumsi kopi masyarakat dunia. Budaya minum kopi  di berbagai belahan dunia yang semakin meningkat, menjadikan kopi sebagai komoditas perdagangan kedua yang menjanjikan setelah minyak dan gas bumi. Jika produksi kopi tidak ditingkatkan, maka bukan tidak mungkin akan terjadi krisi kopi dunia.
“Dunia mulai khawatir karena Brasil sebagai produsen utama kopi hanya mengeluarkan 75 persen dari total produksinya, sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sementara di Afrika Timur yang dikenal juga sebagai negara penghasil kopi utama tengah mengalami problema pengurangan lahan kopi besar-besaran. Padahal kopi tidak mungkin ditanam di Eropa. Jika produksi kopi dunia tidak ditingkatkan  bukan tidak mungkin akan terjadi krisis kopi,”  terang  Dr. Ir. Surip Mawardi, SU, peneliti senior pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka) pada  Kuliah Umum dan Diskusi Ilmiah  di Universitas Jember (3/5).
Surip menambahkan, saat ini masyarakat dunia mulai melihat Asia sebagai tempat untuk meningkatkan produksi Kopi dunia. “Asia menjadi pilihan terakhir dalam upaya meningkatkan produksi kopi dunia. Dan yang paling berpeluang adalah Indonesia karena memiliki kualitas tanah dan didukung iklim yang cocok, dibandingkan negara lain,” paparnya lagi.
Dari data tahun 2012, areal kopi di Indonesia mencapai 1,3 juta hektar dengan produktivitas 0,75 ton per hektar. Niali ekspor kopi Indonesia mencapai 1,53 milyar US dollar. Surip mengharapkan agar peluang ini dapat diraih oleh Indonesia sehingga dapat menjadi eksportir kopi utama dunia.
Sementara itu Ketua Lemlit Universitas Jember, Prof. Dr. A. Subagio mendukung upaya untuk menjadikan kopi sebagai salah satu produk unggulan Indonesia, khususnya Jember. “Oleh karena itu Universitas Jember bertekad menjadi salah satu pusat penelitian kopi, mulai dari hulu hingga hilir,” kata ahli singkong ini. Kuliah umum ini dihadiri oleh para mahasiswa Universitas Jember beserta pemerhati masalah pertanian, khususnya kopi. [efi]

Tags: