Jelang Lebaran Idul Fitri, Inflasi di Kota Malang Merangsek Naik

Foto: ilustrasi

(Tujuh Kota Inflasi dan Satu Kota Deflasi)
Pemprov Jatim, Bhirawa
Pemantauan terhadap perubahan harga selama bulan Mei 2018 di 8 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Jawa Timur menunjukkan kenaikan IHK sebesar 0,17 persen yaitu dari 131,40 pada bulan April 2017 menjadi 131.63 pada bulan Mei 2018.
“Penghitungan angka inflasi di 8 kota IHK (Indeks Harga Konsumen) di Jawa Timur selama Mei 2018, tujuh kota mengalami inflasi, dan satu kota mengalami deflasi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Teguh Pramono, Selasa (5/6) kemarin.
Dijelaskannya, inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar yaitu mencapai 0,30 persen, diikuti Malang sebesar 0,29 persen, Jember sebesar 0,25 persen, Surabaya sebesar 0,17 persen, Banyuwangi sebesar 0,13 persen, Madiun sebesar 0,12 persen, dan Probolinggo sebesar 0,09 persen. “Sedangkan kota yang mengalami deflasi adalah Kediri sebesar 0,17 persen,” katanya.
Jika dibandingkan tingkat inflasi kalender (Januari- Mei) 2018 di 8 kota IHK Jawa Timur menunjukkan bahwa sampai dengan bulan Mei 2018 Malang merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 1,43 persen.
Kota yang mengalami inflasi kalender terendah adalah Kediri dengan tingkat inflasi sebesar 0,47 persen. Apabila dilakukan pengamatan terhadap sepuluh komoditas yang menjadi pendorong utama terjadinya inflasi di masing-masing kota IHK di Jawa Timur.
Merengsek Naik
Sementara itu, inflasi Kota Malang di bulan Mei 2018 terpantau mengalami kenaikan signifikan dibandingkan bulan April 2018. Pada April lalu angka inflasi di Kota Malang, sebesar 0,14, maka angka inflasi di bulan Mei mencapai 0,29. Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi Jawa Timur sebesar 0,17. Sementara Kota Malang menempati posisi kedua inflasi terbesar di Jatim setelah Sumenep dengan angka 0,30.
Dwi Handayani Prasetyowati, Kasi Statistik Distribusi Badan Pisat Statistik (BPS) Kota Malang, mengatakan, faktor terbesar penyumbang inflasi di bulan Mei adalah kenaikan tarif transportasi udara atau pesawat sebesar 20,16.
“Harga tiket pesawat sangat mempengaruhi angka inflasi. Berbeda dengan Surabaya dengan jumlah maskapai yang banyak, harga tiket pesawatnya lebih terjangkau. Sedangkan Malang maskapainya sedikit, sehingga harga tiket pesawat cenderung mahal,” urai Dwi, Selasa (5/6) kemarin.
Selain itu, kebutuhan rumah tangga seperti tabung elpiji ukuran tiga kilogram juga turut menyumbang angka inflasi. Pada bulan Ramadan, kebutuhan elpiji melon tersebut meningkat, sementara penggunaannya tidak tepat sasaran. Komoditi penyumbang inflasi lainnya adalah kenaikan harga telur ayam ras, daging ayam, bawang merah, apel, tahu mentah, anggur dan emas perhiasan, dan sepeda motor.
Ia juga menyampaikan daging ayam ras sejak lebaran tahun 2015 harganya tidak pernah turun saat lebaran. Pada lebaran tahun ini kemungkinan daging ayam juga akan menyumbang inflasi. Karena hampir pasti mengalami kenikan. Faktor penghambat inflasi adalah penurunan harga bahan makanan salah satunya beras dengan angka -1,55 serta penurunan harga makanan jadi dengan angka -0,28.
Penurunan harga beras dengan kenaikan harga tiket pesawat, kata dia hampir sama, tetapi hal itu tidak membuat Kota Malang deflasi. Meski begitu, jika dibandingkan dengan tahun 2017, inflasi saat lebaran justru lebih rendah dibandingkan angka inflasi saat bulan Ramadan. Hal itu dikarenakan pada saat Ramadan tahun lalu ada kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL).
Di tempat yang sama Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang, Dudi Herawadi menilai, menyebutkan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan tarif transportasi udara akan sulit dikendalikan. Pasalnya, tarif pesawat juga dipengaruhi oleh nilai rupiah terhadap dolar.
Menurut Dudi, beberapa waktu yang lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar cukup tinggi, sementara tarif transportasi udara juga ditentukan oleh tarif tengah kurs rupiah. Sehingga ini akan berpengaruh pada tarif batas atas dan tarif batas bawah tiket pesawat.
Dudi yang juga Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) Malang ini berharap inflasi di bulan Juni bisa menurun, bisa terkendali. Terkait penggunaan elpiji tiga kilogram, kami berharap peruntukannya bisa tepat sasaran. “Sehingga tidak terjadi kelangkaan yang membuat harganya jadi naik,” tukas Dudi. [rac,mut]

Tags: