Jelang Nyepi Ribuan Umat Hindu Upacara Melasti di Laut Arafuru

Ribuan umat Hindu menghadiri upacara Melasti di Laut Arafuru, Bumimoro Perak Surabaya, Minggu (6/3) kemarin. [gegeh bagus]

Ribuan umat Hindu menghadiri upacara Melasti di Laut Arafuru, Bumimoro Perak Surabaya, Minggu (6/3) kemarin. [gegeh bagus]

Surabaya, Bhirawa
Ribuan umat Hindu dari 17 pura di Jawa Timur melaksanakan upacara Melasti menjelang perayaan Nyepi  di Laut Arafuru, Bumimoro Perak Surabaya, Minggu (6/3) kemarin.
Upacara Melasti adalah persembahyangan yang mengawali rangkaian persembahyangan jelang Nyepi. Umat akan membersihkan diri dan menyucikan diri saat Melasti. Rangkaian Melasti ini diawali dengan doa penghantaran sesaji untuk Sang Hyang Widi Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah itu, pembersihan Pratima atau miniatur pura yang dibawa oleh setiap pura yang ikut dalam Melasti.
Pratima ini dibersihkan untuk persiapan upacara Tawur Agung Kasanga pada 8 Maret nanti. Upacara pensucian diri yang dipimpin Ratu Peranda Gede Anom Jalakarana Manuaba berlangsung khidmat. Sebelum dimulai pembersihan, terlebih dahulu dilakukan berbagai tarian budaya seperti Tari Bali dan Reog Ponorogo.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Surabaya I Wayan Suraba mengatakan, Perayaan Nyepi tahun Baru Saka 1938 ini tidak berbeda dari tahun sebelumnya. Perarakan persembahyangan Melasti diikuti oleh ribuan umat Hindu dari Surabaya, Gresik, Lamongan, Sidoarjo dan Mojokerto.
“Tema perayaan Nyepi kali ini bertemakan Kesatuan dalam Keragaman. Untuk tahun ini lebih ditekankan persatuan dan kesatuan antara umat beragama, etnis dan suku. Ada sekitar 7.500 umat Hindu yang merayakan di laut Arafuru,” kata I Wayan Suraba di sela prosesi upacara Melasti kepada Bhirawa kemarin.
Melasti ini, menurut I Wayan Suraba merupakan upacara pensucian diri umat Hindu dharma yang dilakukan dua hari sebelum upacara Tawur Agung Kasanga (pensucian alam semesta), sebelum Nyepi.
I Wayan Suraba mengatakan pelaksanaan Melasti di Surabaya diawali prosesi ritual dari Pura Agung Jagad Karana menuju laut Arafuru dengan berjalan kaki.
Puncak Melasti adalah pemercikan air laut (thirta) yang sudah disertai doa. Dalam Melasti, umat diharapkan mendapatkan anugerah dari Sang Hyang Widi berupa Tirta Amarta dan Tirta Sanjiwani Kamandalu. mengambil Tirta Wasupada dari samudera yang dipercikkan kepada seluruh umat Hindu yang hadir dengan harapan suci lahir dan batin kita dapatkan dari laut ini.
“Tirta Amarta adalah sebagai anugerah dari Dewa Wisnu kepada Garuda sebagai simbol kesejahteraan dan kesehatan. Tirtha Sanjiwani untuk menganugerahi kekuatan kesucian skala dan niskala,” terangnya.
I Wayan Suraba juga mengajak semua umat Hindu untuk menebarkan kedamaian dan kemajuan bangsa. “Sebagai anak bangsa kita harus kembangkan kedamaian dan kemajuan bangsa, kendati kita berbeda tetapi tujuannya sama,” pungkasnya.
Dijelaskannya setelah selesai Melasti ini, kemudian akan dilanjutkan penyucian alam semesta yang digelar di Tugu Pahlawan yang disebut Tawur Agung Kesanga pada Selasa (8 /3).
Sementara itu, Guru Besar ITS Surabaya I Nyoman Sutantra yang turut hadir pada upacara Melasti mengatakan manusia saat ini semakin kritis dan egois. Semuanya dikritik dan disalahkan. Namun, kalau sudah diberi tanggung jawab justru membuat gaduh dan konflik.
“Akibatnya semakin lama semakin sulit mencapai kerukunan, keberagaman justru menjadi sumber perpecahan,” katanya di hadapan ribuan umat Hindu.
Oleh sebab itu, di Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1938 ini menurutnya menjadi momen agar semua adalah bersaudara dan tidak boleh saling menyakiti. Termasuk menyakiti lingkungan. Sebab akan mendatangkan musibah.
Seperti banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia, itu karena keserakahan umat manusia. Kayu ditebang sebanyak-banyaknya yang menyebabkan alam tidak seimbang dan akhirnya terjadi bencana alam. “Hidup kita ini memberi bukan mengambil. Kita hidup demi yang lain,” katanya. [geh]

Tags: