Jelang Pensiun Pun Ikut Ujian Paket C

Kasiaji paling kiri, semanga mengikuti ujian paket C bersama teman-teman yang lainnya

Tak Ingin Terganjal Karirnya
Sidoarjo, Bhirawa
Tidak ingin ketinggalan dengan perkembangan jaman yang terus melaju dengan pesat, serba komputerisasi. Serta tuntutan kebutuhan pekerjaan dan kebutuhan dalam berorganisasi. Itulah ungkapan Kasiaji (52) warga Desa Klurak Kecamatan Candi Sidoarjo, ditemui sebelum jam masuk Ujian Paket C (12/4) pagi.
Anggota Koramil Candi ini mengaku kalau dirinya sebentar lagi memasuki masa pensiun. Namun di desanya sangat aktif mengikuti organisasi, bahkan sudah menjadi pengurus BPD satu periode.
“Sekarang ini masa BPD jelang usai, untuk mengikuti seleksi lagi ada wacana harus berijazah setingkat SMA. Makanya saya ikut ujian Paket C ini ingin menyesuaikan diri,” ungkap Kasiaji yang mengaku waktu menjadi TNI masih menggunakan ijazah Tsanawiyah/setingkat SMP.
Ketika ditanya mengenai kemampuan materi/pelajaran yang diujikan, Ia ungkapkan kalau untuk materi bahasa Inggris harus belajar dengan anaknya yang pertama.
“Kebetulan anak pertama saya, kuliahnya sudah pada tahap akhir, sudah mulai mengerjakan skripsi, tinggal sedikit tuntas. Apalagi dia jurusan sastra inggris. Jadi tidak repot belajar kesana-kemari. Alhamdulillah anak saya bisa,” ungkapnya.
Begitu juga Muhammad Nur Kholik (56) warga Bambe Driyorejo Gresik. Karyawan perusahaan industri di Rungkut Surabaya ini harus mengejar ijazah Paket C karena kebutuhan perusahaan, untuk penyesuaian. Ia mengaku karirnya dalam bekerja sulit mengalami peningkatkan, karena ijazah yang digunakan adalah setingkat SMP.
“Oleh karena itu, dirinya mendapatkan pengarahan dari manajemen, disarankan untuk mengikuti ujian Paket C agar karirnya tidak terganjal oleh status ijazah,” ungkapnya
“Kalau untuk pelajaran matematika, saya mengandalkan anak saya yang nomer dua. Dia sudah kelas XII di salah satu SMA Negeri Sidoarjo. Dia bersiap belajar untuk mengikuti ujian di sekolah USBN dan UNBK, saya juga belajar untuk mengikuti ujian Paket C. Saya mantap mencari ijizah paket ini, karena kondisinya sekarang sudah disama ratakan,” tegas Kasiaji.
Begitu juga menurut Harjono warga Tanjungsari Kecamatan Taman, Sidoarjo. Walaupun usianya yang sudah menginjak Lansia (58) tidak menghalangi baginya untuk menuntut ilmu, hingga mengikuti ujian kejar paket C.
Sebelum ujian dimulai, ditemui di ruang komputer SMK Antartika 2 Buduran, Sidoarjo mengaku ikut ujian paket ini adalah karena semangat belajarnya yang cukup tinggi. Sebagai pengusaha, yang mempunyai beberapa karyawan harus menyesuaikan diri. Jangan sampai kalah dengan anak buahnya. “Oleh karena itu saya harus terus tetap giat belajar, walaupun usia Lansia tetapi semangat belajar masih tetap tinggi,” akunya.
Menurutnya, soal materi belajar yang dilakukan setiap harinya tidak merasa kesulitan untuk mencari bahan-bahanya. Namun yang agak kesulitan adalah saat mengoperasikan komputernya. Komputer sekarang sudah sangat canggih, sehingga ujian pun sekarang sudah menggunakan komputer.
“Mau tidak mau saya harus belajar dengan semangat yang tinggi untuk menyesuiakan diri, karena mempunyai usaha yang di dalamnya ada karyawan. Walapun ‘grothal-grathul’ tetap semangat, Insya Alloh lulus dengan nilai memuaskan,” pungkas Harjono sembari senyum riang.

Dr. Ng. Tirto Adi MP. M.Pd

Tuntaskan Wajib Belajar
Niatan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk menuntaskan wajib belajar terhadap masyarakat yang putus sekolah terus dilakukan. Bahkan selama masih ada warga masyarakat yang Drop Out (DO) dari sekolah. Pemkab Sidoarjo juga terus melakukan penuntasan program tersebut melalui program kejar Paket A, B dan C.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sidoarjo Dr Ng. Tirto Adi MP, MPd menuturkan kalau program Paket A, B dan C itu terus dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo. Sepanjang masih ada masyarakat yang DO dari sekolah, pihaknya juga terus melaksanaan program paket tersebut. Dengan harapan tidak ada lagi warga negara kita, khususnya Sidoarjo yang tidak mempunyai ijazah atau tidak lulus sekolah.
Sekarang ini, peserta ujian Paket C yang dimulai tanggal 12-15 April 2019 ini diikuti sebanyak 911 orang, terdiri dari peserta kelas IPA sebanyak 33 orang dan yang IPS sebanyak 878 orang. “Ujian mereka ini sama dengan yang sekolah umum, yakni juga UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer),” tuturnya.
Sementara untuk kekuatan hukum ijazah formal dan non formal itu sama, cuma image masyarakat saja yang membedakan hal itu, non formal dianggap yang nomer dua. Semestinya itu tidak boleh terjadi, karena ijazah non formal pun juga bisa dipakai, dan nyatanya.
“Sudah banyak masyarakat yang menggunakan ijazah paket untuk mencalonkan dewan, mendaftarkan sebagai bupati maupun gubernur, dan itu diakui sah oleh hukum,” pungkas Tirto Adi. [ach]

Rate this article!
Tags: