Jelang Pilwali, Jangan Terpaku Hanya pada Sosok Penerus Risma

Surabaya, Bhirawa
Sosok penerus Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk memimpin Kota Pahlawan terus bermunculan. Tokoh-tokoh nasional dan regional Jatim silih berganti muncul di media. Baik yang secara terang-terangan ingin maju ataupun sengaja dimunculkan.
Banyaknya figur yang dimunculkan ini, menurut pegiat kewirausahaan sosial dan mantan Staf Khusus Kantor Presiden RI, Dimas Oky Nugroho, kurang tepat. Sebab masyarakat akhirnya akan terpaku pada sosok penerus Risma. Padahal dibalik figur menerus Risma, ada masalah lain yang harus mendapat sorotan publik.
Dimas mengatakan, wali kota Surabaya mendatang tidak perlu dibandingkan dengan sosok Risma yang sudah sangat kuat. Jika masih berpedoman pada figur Risma, maka Surabaya tidak akan maju.
“Kepemimpinan Bu Risma itu sudah bagus, terutama dalam hal membangun infrastruktur. Nah, kalau wali kota mendatang masih fokus pada Infrastruktur lagi, kapan bidang lain maju ?,” ujar Dimas, saat mengadakan diskusi dengan beberapa wartawan di Surabaya.
Sejauh ini, kata Dimas, opini masyarakat pada umumnya sudah terpaku pada siapa sosok pengganti yang setara atau melebihi kemampuan Risma. Padahal, masyarakat harus digiring pada program-program yang gagal atau yang belum dikerjakan Risma bagi warga Surabaya.
“Jangan keberhasilannya saja yang diungkap atau dielu-elukan. Masih ada sektor-sektor lain yang selama ini belum digarap maksimal oleh Bu Risma. Ini tugas praktisi, media, pengamat. Agar, Surabaya bisa maju dalam berbagai sektoral,” lanjutnya.
Dimas menyebutkan, bahwa 34 persen warga Surabaya adalah penduduk berusia muda. Apalagi kalau malam hari, Kota Surabaya yang eksis itu anak-anak muda.
“Nah, carilah pemimpin yang peduli anak muda, agar anak muda Surabaya bisa kreatif, syukur-syukur pemuda Surabaya bisa jadi embrio pemuda nasional. Kalau fokus taman lagi, berarti hanya meneruskan kepemimpinan lama. Tidak ada yang baru,” tuturnya.
Terkait nama-nama yang sudah muncul di media, termasuk namanya yang juga masuk di bursa Pilwali Surabaya, Dimas mengatakan, banyak yang kualitasnya bagus.
“Banyak yang memiliki kemampuan memimpin kota semaju dan sebesar Surabaya. Semoga ini bisa menjawab dan mengklarifikasi berbagai isu yang mengatakan bahwa saya maju Pilwali Surabaya. Saya membantah. Saya tidak punya niat, tidak punya rencana secara politik,” ungkapnya.
Bagi Dimas, menjadi wali kota sebesar Surabaya memang harus membutuhkan kompetensi yang tertentu. Tidak bisa hanya dipimpin orang-orang yang biasa saja, walaupun sebenarnya faktor pemimpin bukan segala-galanya.
Sebab masyarakat Surabaya adalah orang yang peduli terhadap kotanya. Makanya Kota Surabaya menjadi kota yang bersih. Semua itu karena masyarakat ikut terlibat.
“Bagi saya, untuk menjadi wali kota itu memang harus butuh kompetensi yang tertentu. Apalagi tolok ukurnya sudah jelas yakni Bu Risma yang luar biasa beliau ini.
Meskipun juga, sesungguhnya di antara berbagai kelebihan beliau itu, sesungguhnya masih banyak celah-celah yang jadi pekerjaan rumah (PR) walikota terpilih berikutnya. Cuman saya pribadi, saya menyatakan bahwa memang saya tidak punya rencana untuk maju dalam Pilwali Surabaya,” tegasnya. [iib]

Tags: