Jelang Suroan, Omset Jasa Pencucian Pusaka di Kabupaten Jombang Naik

Sudahri saat melakukan pencucian benda pusaka di lapaknya di Pasar Desa Mojotrisno, Mojoagung, Jombang. [Arif Yulianto/Bhirawa]

Jombang, Bhirawa
Menjelang Bulan Suro dalam kalender Jawa atau Muharram pada kalender Hijriyah, omset jasa pencucian benda pusaka atau yang biasa disebut warangi pusaka di Jombang mengalami kenaikan.
Seperti yang terlihat pada lapak barang antik milik Sudahri (48), di pasar Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Disitu, sudah berjejer berbagai pusaka berupa keris dan tombak serta benda pusaka lainnya untuk dilakukan warangi pusaka.
Untuk waktu-waktu menjelang satu Suro seperti saat ini, Sudahri mengaku mampu mencuci benda pusaka hingga di atas 10 buah per harinya. Jumlah tersebut tidak ditemuinya pada bulan-bulan atau hari-hari biasa selain menjelang Bulan Suro.
”Ya banyak mas, Bulan Suro ini kemampuan warangan saya sehari bisa 15 sampai 20 pusaka,” ujar Sudahri kepada wartawan, Minggu (09/09/2018).
Untuk jasa warangi benda pusaka, Sudahri mengaku mematok harga sebesar 40 hingga 75 ribu rupiah untuk satu benda pusaka berbentuk keris. Terkait ongkos jasa pencucian ini, kata Sudahri tergantung dari panjang dan pendeknya keris, serta tingkat kekotoronnya.
Pada proses warangi keris, Sudahri menjelaskan, keris terlebih dahulu dibersihkan dengan air bersih, lalu digosok dengan larutan dari sari jeruk nipis yang dicampur dengan sabun colek.
Selanjutnya, setelah melalui proses pembersihan keris dengan cara digosok dengan larutan sari jeruk nipis, keris direndam dengan air kelapa dan setelah itu, kembali dibersihkan dengan air bersih. Setelah itu, lanjut Sudahri, keris baru dijemur untuk dikeringkan.
Setelah proses pengeringan dengan cara dijemur, Sudahri menambahkan, pada tahap akhir, keris direndam dalam cairan khusus yang resepnya sudah diracik dari jaman nenek moyang Sudahri.
”Tujuannya agar pamor (gambar) dan slorok (warna meteor) yang terdapat pada bilah pusaka muncul kontras dengan warna bilahnya. Dan juga agar tidak gampang karatan,” terang Sudahri.
Saat ditanya lebih lanjut mengenai keahlian dalam waringi pusaka ini, Sudahri mengatakan, keterampilan yang ia miliki tersebut sudah turun temurun dari leluhurnya.
”Sudah turun temurun mas, sejak kakek saya dulu. Ini sudah puluhan tahun,” tandasnya. [rif]

Tags: