Jelaskan Alasan Hari Jadi Jatim

H Anwar Sadad MAg
Provinsi Jatim genap berusia 74 tahun pada Sabtu 12 Oktober 2019. Peringatan hari jadi Provinsi Jatim ini ditetapkan dalam Perda Nomor 6 Tahun 2007. Banyak argumen dasar yang diusulkan para sejarawan saat itu. Ada yang dimulai dari Prasasti Dinoyo, terbentuknya Bang Wetan masa Kerajaan Mataram Islam, hingga ditetapkannya Provinsi Jatim oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
“Namun, yang dipilih adalah dilantiknya Gubernur Jatim pertama, Raden Mas Tumenggung Aryo Soerjo. Tanggal 12 Oktober 1945 Raden Mas Tumenggung Soerjo yang sebelumnya melaksanakan tugas dari Bojonegoro, berpindah ke Surabaya,” ujar anggota DPRD Jatim H Anwar Sadad MAg, usai Paripurna Istimewa Peringatan HUT Jatim ke-74 di Gedung DPRD Jatim, Sabtu (12/10).
Saat itulah kemudian ditetapkan ibu kota Jatim adalah Surabaya. Roda Pemprov Jatim di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimulai. “Lalu, pada saat itu terjadi perang yang melibatkan masyarakat Jatim. Hingga dikeluarkan resolusi jihad oleh Hadrotus Syekh Hasyim Asyari, yang membangkitkan semangat dan ditetapkan menjadi sebagai hari santri,” kata Sadad.
Peperangan besar lantas terjadi 10 November 1945 yang melibatkan semua masyarakat Jatim. “Kita setelah ini bu gubernur, sangat sibuk di bulan Oktober. Setelah hari jadi, kemudian hari santri dan hari pahlawan,” ungkapnya.
Hari pahlawan, sesuai tradisi pada pemerintahan Gubernur Jatim sebelumnya, Dr H Soekarwo selalu digedok APBD. Tujuannya untuk mengambil nilai, serta memperingati jasa pahlawan. “Tapi karena ini masih transisi DPRD Jatim, kalau bahasanya santri, mungkin bisa di ma’fu,” tandasnya. [geh]

Rate this article!
Tags: