Jenis Soal Multiple Choice Sumber Isu Kebocoran UN

2-soal-UnasSurabaya, Bhirawa
Kabar munculnya kunci jawaban Ujian Nasional (UN) terus direspon berbagai pihak di bidang pendidikan. Menurut Ketua Dewan Pendidikan Jatim Prof Zainudin Maliki, isu semacam ini akan terus berulang setiap tahun. Ini lantaran jenis soal multiple choice atau pilihan ganda yang masih dipertahankan telah menjadi sumber utama munculnya isu tersebut.
“Selama jenis soal semacam ini dipertahankan, selama itu pula isu kebocoran akan terus terulang dan terulang,” tutur Maliki dikonfirmasi, Minggu (6/4).
Menurut dia, pembuatan bocoran kunci jawaban bukan hal sulit meskipun terdapat 20 paket soal. Pihak yang tidak bertanggung jawab yang ingin mengeruk keuntungan dari momentum ini juga dapat membuat kunci jawaban palsu kemudian dijual. “Tanpa melihat soal, siapapun bisa membuat kunci jawaban. Apalagi kalau dijual dengan harga yang sangat murah seperti isu yang muncul tahun ini,” kata dia.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menutup isu kebocoran ini adalah dengan menggunakan jenis soal esai. Dengan soal esai, jawaban tidak akan mudah dikarang dan diedarkan seperti saat ini. Mantan Rektor Unmuh Surabaya ini mengakui, perubahan semacam ini memang cukup sulit. Namun, jika pemerintah serius, ini adalah cara yang tepat agar hasil UN dapat dikatakan kredibel.
“Yah memang harus kerja keras. Masak negara dengan aparatur dan sarana yang dimiliki sekarang tidak bisa melakukan perubahan,” tutur dia. Untuk saat ini, dengan adanya isu yang sudah tersebar, pemerintah harus serius mencari pihak yang telah membuat isu ini mencuat. Bila perlu menggunakan alat-alat canggih yang dapat menyadap alat komunikasi.
Seperti diberitakan Bhirawa, isu kunci jawaban UN 2014 beredar terdengar di sejumlah sekolah di Surabaya. Hal ini bahkan telah menjadi bahan pembicaraan dalam dialog pendidikan yang digelar oleh Kemendikbud di Hotel Novotel Surabaya, Kamis pekan kemarin. Secara terang-terangan, Kepala Biro Litbang PGRI Jatim Edi Suyatno mengungkap adanya bocoran kunci jawaban UN yang kabarnya mulai ditawarkan ke peserta. Meski enggan menyebutkan tepatnya sekolah tersebut, Edi yakin bahwa sejumlah siswa kini telah membeli kunci jawaban UN tersebut. “Saat ini sudah beredar kunci jawaban UN, siswa ditawari kunci tersebut dengan harga Rp 190 ribu,” tuturnya.
Dijelaskan Edi, kunci jawaban tersebut dijual dengan harga cukup murah, bahkan untuk enam mata pelajaran  sekaligus. Selain itu, masing-masing kunci jawaban juga memiliki 20 paket soal berbeda. Sehingga, satu kelas cukup membeli satu paket kunci jawaban saja. Untuk mendapatkan kunci jawaban tersebut, siswa cukup melakukan patungan agar dapat dipakai ramai-ramai dan harga lebih murah.
Edi sempat menyebut bahwa sementara dugaan oknum penjual kunci jawaban tersebut adalah dari lembaga bimbingan belajar (bimbel).
Meski telah tersebar kabar kebocoran jawaban UN, Maliki sama sekali tidak menyarankan pemerintah untuk menambah jumlah pengawas dan pengamanan. Penambahan jumlah pengawas dan pengamanan UN hanya akan mendistorsi makna pendidikan itu sendiri. “Biarkan saja anak-anak kita belajar jujur dengan usaha dan pendidikan kejujuran yang selama ini mereka terima,” kata dia.
Sebelumnya Mendikbud M Nuh juga menyatakan kegelisahannya atas adanya mafia penjual kunci jawaban UN di Jatim. Salah satu indikasinya berdasar laporan yang diterima Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jatim, bahwa untuk mendapatkan bocoran tiap mata pelajaran (Mapel), per siswa diwajibkan membayar Rp 190 ribu. “Bisa jadi ada mafia yang jual kunci jawaban,” kata M Nuh
M Nuh menjelaskan, pusat hingga Dinas Pendidikan (Dindik) di daerah sudah melakukan upaya keras mencegah bocornya soal, termasuk penjualan dan beredarnya kunci jawaban soal UN. Karena terindikasi kuat ada mafia penjual kunci jawaban, Nuh mengaku pihaknya sudah mengantisipasi. “Sudah kami antisipasi, tidak perlu diumumkan (pihak yang ditengarai),” imbuh Nuh tanpa bersedia menyebut pihak yang dicurigai.
Mantan Menkominfo ini menekankan semua peserta UN berperilaku jujur. Selain itu, diminta tidak mempercayai beredarnya kunci jawaban yang bisa diganti dengan sejumlah uang. “Yang kritis, yang perlu serius adalah pengamanan soal UN. Kalau distribusi sudah selesai per hari ini (kemarin). Soal pengamanan, Insyaallah kita punya SOP tersendiri. Tidak perlu cari bocoran, belajar saja,” tukas Nuh yang juga mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.
Terpisah, Kepala Dindik Surabaya Ikhsan menegaskan pihaknya juga mengantisipasi masuknya mafia penjual kunci jawaban soal di Surabaya. “Tidak mungkin ada itu yang namanya bocoran. Jangan percaya,” tegas Ikhsan.
Ikhsan mengaku sudah berpesan ke guru dan wali murid untuk tidak mempercayai kunci jawaban yang ditawarkan pihak tertentu. “Siswa belajar giat saja, hasilnya nanti jauh lebih luar biasa. Siswa jangan mempertaruhkan dirinya karena mempercayai jawaban yang meredar. Memang guru dan wali murid harus memberi perhatian ke siswa,” tandasnya. [tam]

Tags: