Jika Terpilih Jadi Gubernur, Wapres Berharap Gus Ipul Dorong Inovasi

Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf mendampingi Wapres RI M Jusuf Kalla menekan tombol Peresmian Jusuf Kalla Innovation and Enterpreneurship Centre di Gedung Widyaloka Universitas Brawijaya Malang.

Kota Malang, Bhirawa
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) berharap kepada Wagub Jatim Drs H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) bisa mendorong hadirnya berbagai inovasi, jika kelak terpilih menjadi Gubernur Jatim. Harapan JK ini disampaikan ketika menjadi keynote speech Seminar Pekan Hilirisasi, Inovasi Teknologi dan Start-up Bisnis Badan Usaha Akademik Universitas Brawijaya (UB) serta peresmian Jusuf Kalla Center For Innvoation and Entrepreneurship di UB, Malang, Senin (4/12).
“Nanti kalau jadi gubernur, (Gus Ipul) bisa meniru hadirnya pusat inovasi digital seperti silicon valley,” kata Jusuf Kalla di hadapan peserta seminar yang hadir. Dalam acara kali ini tampak hadir, Menristek dan Dikti Muhammad Nasir, kemudian Wagub Jatim Saifullah Yusuf, lantas Rektor UB Prof Mohammad Bisri, para guru besar, dosen serta mahasiswa.
Menurut JK, dengan hadirnya pusat inovasi digital, maka kemajuan Jatim bisa melampaui kemajuan yang saat ini telah dicapai. Era digital harus disikapi dengan lebih mengedepankan kebijakan yang menitik beratkan pada digitalisasi.
Selain itu, JK juga berpesan pada Gus Ipul untuk mendorong generasi muda Jatim menjadi pengusaha-pengusaha digital baru. Tumbuhnya start-up baru harus dirangkul dan difasilitasi agar mereka bisa cepat berkembang.
Harapan JK pada Gus Ipul ini setidaknya langsung disambut tepuk tangan meriah para peserta seminar. Apalagi selama berlangsungnya acara, JK juga tampak akrab dan sesekali tampak ngobrol serius dengan Gus Ipul.
Bahkan, kedatangan JK di Bandara Abdurachman Saleh Malang juga disambut langsung oleh Gus Ipul. Menggunakan pesawat kepresidenan, JK tiba dan langsung diantar Gus Ipul menuju ke Universitas Brawijaya Malang.
Sementara itu Gus Ipul kepada wartawan usai acara mengatakan apa yang diungkapkan Jusuf Kalla sangat menarik dan saat ini sudah mulai dilakukan di Jatim. “Potensi start-up business di Jatim luar biasa. Ke depan tugas kita bersama mengakselerasi pertumbuhannya,” ujarnya.
Menurut Gus Ipul, kini sudah saatnya pemerintah daerah terbuka pada inovasi yang dilakukan banyak start-up untuk membantu menyelesaikan permasalahan masyarakat, sehingga terwujud pemerintahan kolaboratif. Dia mencontohkan bagaimana Kabupaten Banyuwangi menggandeng sejumlah start-up business guna menyelesaikan problem publik.
“Di sana Gojek digandeng untuk antar obat ke pasien miskin. Banyuwangi juga menggandeng start-up teknologi pendidikan kelas dunia untuk membantu anak-anak miskin belajar, jadi tidak hanya anak orang kaya yang bisa akses les tambahan,” kata Gus Ipul.
“Yang terbaru, UMKM di Banyuwangi ini akan dihubungkan dengan start-up teknologi finansial atau fintech untuk dapatkan pembiayaan yang bisa lebih kompetitif daripada perbankan,” imbuh Gus Ipul.
Menurut Gus Ipul, apa yang dilakukan Banyuwangi adalah rintisan yang kelak bisa diimplementasikan oleh pemerintah Jatim. “Bahkan, kita akan undang banyak start-up Jatim dan nasional untuk duduk bareng, agar bisa berkolaborasi membantu pemerintah menyelesaikan permasalahan-permasalahan rakyat, mulai dari pertanian, tata kota, UMKM, kesehatan, sampai pendidikan,” jelasnya.

Tetap Sowan ke Kia PPP
Gus Ipul tetap akan melakukan silaturrahmi atau sowan ke para kiai Partai Persatuan Pembangunan (PPP), walaupun partai berlambang ka’bah itu tidak mengusung dirinya sebagai calon gubernur dalam Pilgub Jatim 2018 mendatang.
“Walau PPP tidak mendukung, saya tetap mendatangi para kiai. Saya akan sowan satu persatu kiai yang hadir di Rapimwil PPP,” kata Gus Ipul dihadapan ratusan kiai, ketua dan DPC PPP se-Jatim yang hadir di Rapimwil DPW PPP dan Halaqoh Ulama di Hotel Aria, Surabaya, Minggu (3/12) malam.
Gus Ipul tidak menyesal jika tak mendapatkan rekomendasi dari DPP PPP. Dia menyadari partai politik (parpol) memiliki mekanisme sendiri-sendiri dalam mengusung calon kepala daerah. “Saya resmi mendaftar sebagai bakal calon gubernur ke DPW PPP Jatim. Bahkan, sering berkomunikasi dengan ketua DPW PPP Jatim. Jika pada akhirnya DPP memberikan rekomendasi kepada calon lain, saya bisa memahami dan menerima,” ujarnya.
Selain PPP, Gus Ipul juga mendaftar sebagai bacagub ke Partai Demokrat, Partai Golkar dan Partai Hanura. Namun, tiga parpol inipun menjatuhkan pilihan ke Khofifah Indar Parawansa. “Di Hanura, saya juga daftar dan memberikan paparan di sana. Memenuhi syarat-syarat. Bahwa akhirnya yang menang bukan yang daftar, ya saya terima sebagai bagian dari kebijakan internal partai,” ungkapnya.
Hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menerima pendaftaran Gus Ipul. Bahkan, partai pimpinan Megawati Soekarno Putri ini mengusung Gus Ipul dengan digandengkan Abdullah Azwar Anas. “Pokoknya saya diundang dan daftar. Saya tidak tahu apakah yang ikut lomba ini yang daftar menang atau yang tidak daftar menang. Atau sebaliknya. Cuma PDIP saja yang menerima pendaftaran saya,” paparnya.
Selama memimpin Jatim, Gus Ipul bersama Pakde Karwo setidaknya hampir setiap tahun mampu meraih 24 penghargaan atau rata-rata setiap bulan mendapatkan dua penghargaan. “Banyak penghargaan, tapi bukan berarti tidak ada kekurangan. Setidaknya ada tiga masalah yang masih menjadi pekerjaan rumah dan harus diselesaikan,” ujarnya.
Tiga masalah itu di antaranya adalah jumlah kemiskinan. Selama 10 tahun bersama Pakde Karwo memimpin Jatim, kemiskinan sebenarnya telah berkurang drastis dari 16 persen saat awal kepemimpinan Pakde Karwo-Gus Ipul menjadi 11,7 persen. “Angka 11,7 persen ini memang masih besar. Tapi Jatim adalah provinsi dengan kontribusi penurunan kemiskinan terbesar. Inflasi di Jatim juga selalu terkendali. Banyak daerah yang juga luar biasa, salah satunya Banyuwangi, di mana pengurangan kemiskinannya adalah yang tercepat,” tuturnya.
Pengalaman seperti Banyuwangi inilah yang nantinya bisa ditiru untuk diterjemahkan di level Jatim. “Jadi Jatim itu butuh pemimpin yang berpengalaman, bukan sekadar banyak omong dan bagi-bagi uang dan program. Kalau hanya membagi uang semua bisa. Tapi Jatim ini butuh inovasi seperti Banyuwangi,” tukasnya.
Pengangguran juga menjadi PR, di mana saat ini secara terus-menerus dikurangi dengan membuka banyak pendidikan vokasional serta memperbanyak pelatihan kerja bagi para lulusan SMK, SMA dan MA. “Para petani kita juga polanya juga harus diubah. Selama ini petani menjual gabah ke kota dan mereka membeli beras dari kota. Saat ini kontribusi pertanian kita baru 13 persen, ini yang harus ditingkatkan,” jelasnya. [mut.iib]

Tags: