Jiwa Korsa Tak Batasi Semangat Lestarikan Budaya Indonesia

Peltu Supriyanto anggota Rumkitban Malang, Kesdam V/Brawijaya yang juga berprofesi sebagai dalang, Kamis (8/4). Abednego

Prajurit Kodam V/Brawijaya yang Juga Seorang Dalang
Surabaya, Bhirawa
Era globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini, membuat sebagian masyarakat lupa akan nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Kebudayaan yang seharusnya menjadi identitas suatu bangsa, sedikit demi sedikit harus tergerus oleh perkembangan zaman.

Hal ini tak membuat gentar Peltu Supriyanto dalam melestarikan budaya Jawa (Indonesia). Pria asal Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah ini terus melestarikan budaya Jawa. Serya mewujudkan kemanggulan TNI dengan rakyat lewat media pewayangan.

Meski berstatus sebagai anggota TNI AD jajaran Kodam V/Brawijaya. Kecintaannya terhadap budaya Jawa tak dibatasi. Kepada Bhirawa Supriyanto menceritakan, sejak kecil dirinya tidak asing dengan dunia dalang maupun pewayangan. Bahkan kedua orang tuanya merupakan seniman Jawa.

“Ibu saya merupakan sinden dan bapak saya adalah niogo atau pemain gendang untuk wayang dan gamelanan. Meski berjiwa korsa, tapi dalam darah saya mengalir darah seni,” ungkap Supriyanto, Kamis (8/4).

Namun Supriyanto mengungkapkan jiwa seninya sempat dilarang oleh sang bapak. Larangan itu diungkapkannya, lantaran sang bapak tidak ingin dirinya hidup susah di dunia seni. Karena pada zamannya pekerja seni rata-rata hidupnya susah.

Larangan dari sang bapak tidak menyurutkan jiwa seninya. Itu dibuktikan pada saat duduk di bangku SMA, dirinya dipanggil untuk pementasan wayang. Saat itu Supriyanto mengaku pertama kali pentas dan menjadi dalang yakni daerah asalnya yakni di Sragen tahun 1992.

“Karena sempat dilarang bapak, pada 1996 saya ikut kakak dan mendaftar sebagai prajurit TNI. Kesempatan jadi TNI dan ikut kakak inilah yang membuat saya terus meneruskan kecintaan saya akan pewayangan,” ucapnya.

Pria yang berdinas di Rumkitban Malang, Kesdam V/Brawijaya ini mengaku tidak ada larangan untuk dirinya pentas sebagai dalang. Bahkan dalam setahun dirinya mengaku ada 5-7 pementasan atau undangan untuk dirinya menjadi dalang. Pementasan yang paling jauh yaitu di daerah Semarang dan Madiun.

Pementasan yang paling berkesan, dikatakan Supriyanto, yaitu pada 2009 silam. Dimana dirinya diundang dalam pementasan di Lapangan Makodam V/Brawijaya. Bahkan disaksikan juga oleh Pangdam V/Brawijaya yang saat itu dijabat oleh Mayjen TNI Soewarno.

“Alhamdulillah pimpinan satuan mendukung dan tidak pernah membatasi saya. Bapak saya pun yang awalnya melarang, akhirnya menanggis bahagia melihat saya yang sebagai anggota TNI turut melestarikan budaya Jawa dengan menjadi dalang,” bebernya.

Dengan profesinya sebagai prajurit TNI, pria yang mempunyai satu orang putri ini terus mempunyai kewajiban melestarikan budaya Indonesia. Yakni dengan melestarikan budaya Jawa. Suami dari Dwi Mardiati Agustin ini pun mempunyai puluhan koleksi wayang kulit yang selalu dipakainya saat pementasan.

“Meski berjiwa korsa, tapi jiwa seni saya tetal ada dan tidak akan mati. Yaitu melestarikan budaya nenek moyang melalui wayang,” pungkasnya. [bed]

Tags: