Jokowi Effect Tak Signifikan, Soekarwo Mulai Dibicarakan

15-jokowiDPD PDIP Jatim, Bhirawa
Jokowi effect ternyata tidak signifikan pada Pemilu Legislatif kemarin di Jawa Timur.  Penugasan Gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai capres oleh PDIP tidak mampu mendongkrak suara PDIP dalam seperti yang diharapkan.
Sekretaris DPD PDIP Jatim, Kusnadi menegaskan dari hasil Pileg 2014 ini partai sudah bisa mengetahui ternyata nama Jokowi tidak mampu memberikan pengaruh besar pada perolehan suara partai.  Padahal sebelumnya, semua pihak selain partai memperkirakan PDIP akan mampu mengusung Capres-Cawapres sendiri tanpa koalisi.
“Memang semula kami beranggapan faktor Jokowi mampu mendongkrak suara PDIP dalam Pileg 2014 ini, ternyata itu jauh dari harapan kita,”tegas pria yang juga Anggota DPRD Jatim ini, Senin (14/4).
Ditambahkannyan jika pihaknya tidak memungkiri efek Jokowi ternyata sangat kecil sekitar 5 persen saja. Selain itu, ada faktor lain dimana PDIP  yang dikenal hingga tingkat bawah, ternyata sangat kurang dalam menyosialisasikan program visi-misi partai.
“Artinya partai ini kalah masif dengan partai lain. Tidak hanya itu pergerakan kader partai di bawah sepertinya tidak sesuai harapan,”lanjutnya dengan nada tinggi.
Untuk itu, tambahnya partai akan melakukan evaluasi terkait hasil pileg 2014 ini. Diantaranya dengan melakukan evaluasi, tapi tidak lantas merubah struktural partai. Evaluasi dilakukan untuk introspeksi diri dan menata ulang pola gerakan partai. Dimana pada tanggal 15 April 2014 ini, seluruh Ketua dan Sekertaris PDIP di seluruh Indonesia dipanggil oleh Ketua Umum, Megawati Soekarno Putri untuk evaluasi terkait hasil Pileg 2014.
Seperti diketahui, sejak awal PDIP optimis dengan diangkatnya Jokowi sebagai Capres PDIP diperkirakan mampu meraih suara sebesar 20 persen lebih dalam pileg 2014 ini. Hal ini didasarkan pada tingkat elektabilitas dan popularitas Jokowi dibeberapa lembaga survey cukup tinggi. Tapi yang terjadi malah sebaliknya suara PDIP tidak mengalami kenaikan yang signifikan, dan hanya mampu pada angka sekitar 19 persen.
“Efek capres Jokowi ternyata sangat kecil. Padahal PDIP sangat yakin mampu mencapai target, dengan memunculkan nama Jokowi sebagai capres,”tegas Kusnadi.
Sementara itu dukungan terhadap Gubernur Jatim, Soekarwo untuk maju dalam putaran Pemilihan Presiden mulai bermunculan. Senin(14/4) kemarin dukungan datang dari kalangan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara.
Dukungan itu disampaikan belasan Presiden BEM Nusantara, usai melakukan audensi dengan Gubernur Soekarwo di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (14/4). Presiden BEM yang hadir dalam audensi tersebut adalah Presiden BEM Universitas Negeri Surabaya, Universitas Dr Soetomo Surabaya, dan Universitas PGRI Kediri.
Dukungan tidak hanya dari BEM Jatim, tapi juga BEM Nusantara yang terdiri dari seluruh Presiden BEM Nusantara di Indonesia Timur juga memberikan dukungan serupa. BEM Nusantara ini mendukung sepenuhnya bila Soekarwo masuk sebagai kandidat capres atau calon wakil presiden (cawapres). Pakde Karwo, sapaan lekat Soekarwo, dinilai memiliki rekam jejak yang relatif positif selama memimpin Jatim.
“Pakde karwo sosok leader yang dinilai positif di kalangan mahasiswa. Jangankan sebagai calon wakil presiden, tapi Pakde Karwo sudah layak menjadi calon presiden. BEM di Indonesia Timur juga memandang positif kepemimpinan Pakde Karwo selama menjadi gubernur,” kata Presiden BEM Universitas Dr Soetomo Surabaya Viktor Tanasale.
Menurutnya, jika di provinsi lain banyak kepala daerah dan mahasiswa saling berseberangan dan tidak bersahabat, kondisi ini tidak berlaku di Jatim. Gubernur dan mahasiswa bisa bergandengan tangan membangun Jatim lebih baik lagi.
“Pakde Karwo mau membuka ruang komunikasi dengan para mahasiswa di kampus-kampus di Jatim, sehingga meminimalisasi kebuntuan komunikasi saat ada masalah. Kelihaian ini tidak bisa dimiliki pimpinan yang lain,” ujarnya.
Ditegaskannya, pimpinan nasional ke depan tidak hanya mampu sekadar masalah teknis dan konsep, tapi mampu menjelaskan secara rinci dan aplikasi di lapangan seperti apa. Pimpinan, katanya, bukan sekadar blusukan tidak jelas, sebab dengan blusukan belum tentu mampu menyelesaikan masalah atau hanya untuk mengetahui masalah saja.
“Yang dinginkan masyarakat adalah mengetahui masalah dan langsung mencari solusi masalah tersebut. Jangan hanya blusukan saja tapi tidak menyelesaikan masalah,” ujarnya.
Karena itu, pihaknya akan meminta Pakde Karwo hadir dalam pertemuan BEM Nusantara di Malang, serta menggelar dialog antara calon presiden Mei mendatang.  [cty.iib]

Tags: