Jual Gula Lokal, Pemprov Buat Kantor Bersama

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Siasati gula Jatim tetap laku terjual, kini Pemprov Jatim membuat kantor pemasaran bersama.
Upaya itu dilakukan mengingat gula kristal putih milik petani yang diproduksi di 31 PG di Jawa Timur penjualannya sempat mengalami stagnasi.
Stagnasi itu disebabkan wilayah Indonesia Timur yang menjadi pasar gula Jatim diduga banyak beredar gula rafinasi yang diolah dari gula mentah impor.  “Stok gula nasional tidak laku sekitar 1 juta ton dan separuhnya di Jatim. Melalui kantor pemasaran ini, maka gula Jatim bisa mulai laku terjual,” kata Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA, Rabu (18/3).
Dijelaskannya, penjualan gula dilakukan sistem lelang namun dengan harga murah. “Kalau sesuai HPP gula harganya Rp 8.500 per kg. Tapi lelang sempat hanya mencapai Rp 7.400-Rp 7.700. Sekarang sudah mencapai Rp 8.000 per kg,” kata Samsul.
Ternyata, lanjutnya, harga jual lelang sebesar Rp 8.000 nampaknya petani masih alami kerugian. Terlebih, bagi petani yang lahan tebunya sewa maka saat gula laku terjual uangnya digunakan membayar pinjaman bank dan sewa lahan sudah habis atau petani mengalami kerugian. Mau tak mau harga tersebut tetap diambil petani daripada gula tidak laku terjual dan kerugian akan semakin besar.
“Kalau lahan sewa petani jelas rugi karena lelang terlalu rendah. Kalau lahan milik sendiri tidak sampai rugi tapi juga tidak untung,” kata ujarnya. Jika dilihat dari perhitungan biaya produksi petani, harga gula per kg idelanya mencapai Rp 9.500 hingga Rp 10.000. “Kalau rendemen bisa naik, maka harga gula juga bisa turun,” katanya.
Akibat lelang gula yang terlalu rendah dan penjualan yang sempat tersendat, kini sebagian petani tebu di Jatim juga beralih ke tanaman pertanian yang lain seperti padi. Ia mencatat, areal tebu yang dibongkar petani diganti komoditi lain jumlahnya tidak terlalu besar hanya sekitar 2-5%.
Kendati demikian, jelang musim giling tebu 2015 yang diperkirakan mulai Mei mendatang, pihaknya kini terus mengintensifkan produksi tebu. Targetnya, produsi gula Jatim tahun ini diperkirakan mampu mencapai produksi 1,3jt ton.
Sementara, Ketua Asosiasi Petani tebu Rakyat Indoensia, Arum Sabil menegaskan, jika rendemen bisa mencapai 10 persen, maka produksi gula akan lebih meningkat. Selain itu, kesejahteraan petani bertambah, serta harga gula petani bisa berdaya bersaing dengan harga gula dunia di kisaran Rp 6.000 per kg.
“Jika rendemen gula kita tinggi, maka harga gula bisa lebih murah dan bisa punya daya saing dengan harga gula dunia. Terlebih, akhir 2015 ini sudah masuk pasar bebas ASEAN. Kalau harga di luar lebih murah, maka produknya bisa membanjiri pasar kita. Kita tidak bisa menghindar, tapi bisa menyiapkan diri agar gula petani kita punya daya saing,” katanya. [rac]

Tags: