Jumlah Bidan Berlimpah, PT Lakukan Pembatasan

Kampanye Indonesia bebas kejahatan seksual dilakukan di sela-sela pelantikan mahasiswa FIK UM Surabaya, Selasa (4/10). [adit hananta utama]

Kampanye Indonesia bebas kejahatan seksual dilakukan di sela-sela pelantikan mahasiswa FIK UM Surabaya, Selasa (4/10). [adit hananta utama]

Surabaya, Bhirawa
Lulusan profesi kebidanan terus berlimpah dari Perguruan Tinggi (PT) setiap tahunnya. Sayang, tingginya jumlah lulusan itu tak sebanding dengan kesempatan untuk dapat tertampung di layanan kesehatan. Secara otomatis, PT harus berpikir ekstra agar setiap tahun lulusannya tidak menganggur.
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya Nur Mukarromah menuturkan serapan tenaga profesi bidan tahun ini mengalami titik jenuh. Karena itu, setiap tahun terjadi penurunan jumlah lulusan profesi bidan di PT. “Dua tahun ini kebidanan paling rendah. Hal itu terjadi di semua PT. Karena itu kita juga membatasi mahasiswa kebidanaan setiap angkatan hanya satu kelas,” kata Mukarromah ditemui di sela pelantikan bersama mahasiswa FIK di Graha ITS, Selasa (4/10).
Berbeda dengan tenaga kesehatan lain seperti perawat maupun analis kesehatan, kebutuhan terhadap profesi bidan memang jauh menurun. Perbandingannya, satu bidan dengan lima perawat. “Karena itu, jumlah kelas untuk analis kesehatan dan perawatan bisa dua kali lipat lebih banyak daripada kebidanan,” kata dia.
Ke depan, lanjut dia, tingginya jumlah lulusan kebidanan akan diantisipasi dengan membuka program baru S1 kebidanan. Untuk membuka prodi ini, hanya PT yang telah memiliki Fakultas Kedokteran yang dapat membukanya.
Sementara itu, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Jatim Netti Herlina menuturkan jumlah bidan di Jatim sampai 2015 lalu mencapai 21.260 orang. Jumlah ini sudah cukup besar dan tersebar merata di seluruh daerah, termasuk pedesaan.  “Program Gubernur Jatim satu desa satu bidan itu sudah merata. Jadi sekarang tidak ada lagi daerah terpencil yang kesulitan bidan,” kata Netti.
Persoalannya sekarang, kata Netti, jumlah lulusan terus bertambah sementara sebaran bidan tidak merata di semua daerah. Sehingga, serapan kebidanan di layanan kesehatan terus berkurang. Bahkan lulusan tahun lalu yang sampai saat ini belum terserap sesuai profesinya masih ada. “Sebenarnya peluang serapan masih ada, tapi sekarang harus mengikuti uji kompetensi dulu. Setiap mahasiswa yang akan diluluskan harus melalui proses ini,” kata dia.
Lebih lanjut Netti menerangkan, peningkatan kualifikasi bidan juga akan dilakukan. Kini, payung hukum tengah digodok untuk proyeksi bidan 2030 mendatang. Road mapnya, sampai 2020 mendatang masih diberi kesempatan bidan yang membuka praktik mandiri dan belum D3 untuk menyelesaikan studinya. “Sebenarnya sudah sejak tahun lalu aturan ini harus berlaku, tapi kemudian ada perpanjangan,” kata dia.
Setelah 2020, seluruh bidan yang membuka praktik secara mandiri harus sudah D3. Selanjutnya, pada 2030 kualifikasi bidan yang membuka praktik mandiri akan ditingkatkan menjadi S1 atau D4 plus sertifikasi profesi. [tam]

Tags: