Jumlah Pasien DBD Meninggal di Jatim Meningkat

Stok darah di UDD Kota Surabaya mengalami penurunan padahal permintaan darah dari rumah sakit daerah Jawa Timur meningkat.

Stok darah di UDD Kota Surabaya mengalami penurunan padahal permintaan darah dari rumah sakit daerah Jawa Timur meningkat.

Surabaya, Bhirawa
Korban meninggal dan status Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jatim terus bertambah. Hingga Kamis tanggal 29 Januari 2015 total korban meninggal akibat gigitan nyamuk aedes aegypti sebanyak 49 orang dan status KLB sebanyak 20 daerah.
‘’Baru kemarin (28/1) jumlah penderita DBD yang meninggal 46 orang dan saat ini sudah bertambah 3 orang. Selain itu untuk daerah KLB kemarin 18 daerah akantetapi sekarang sudah 20 daerah,’’ Kata Kepala Dinkes Jatim, dr Harsono, Kamis (29/1).
Harsono menyatakan, dua daerah baru yang menjadi KLB adalah Kabupaten Pasuruan 28 kasus dan Kabupaten Bangkalan 117 kasus. Sebelumnya 18 daerah sudah ditetapkan pemerintah provinsi Jatim sebagai KLB yaitu Kabupaten Sumenep, Kabupaten Jombang, Kabupaten Trenggalek,Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pacitan,  Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Ngawi.
‘’Kami barharap status KLB akhir Januari 2015 di beberapa kabupaten/kota tidak bertambah, sehingga jumlah kasus DBD di Jatim dapat ditekan,’’ harapnya.
Dikatakannya, saat ini sembilan daerah yang mengalami tren kenaikan jumlah penderita yaitu Kabupaten Jember, Kabupaten Bondowoso, Kota Surabaya, Kabupaten Sampang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Sidoarjo, Kota Pasuruan dan Kota Pasuruan. Untuk daerah lainnya seperti Kota Malang, Kabupaten Lumajang, Kota Blitar, Kota Batu dan Kota Probolinggo tidak mengalami kenaikan kasus DBD. ‘’Ada satu daerah yang hingga kini tidak ada kasus DBD-nya yaitu Kota Mojokerto,’’ tambahnya.
Lebih lanjut ia kembali mengingatkan, dengan ditetapkannya 20 daerah sebagai status KLB, diharapkan pemerintah daerah lebih intens dan gencar dalam menanggulangi perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti. Menurutnya, melalui Dinkes di kabupatem/kota setempat mempunyai andil besar dalam mengawal penurunan kasus DBD. Selain itu dibutuhkan peran serta masyarakat dalam memberantas sarang nyamuk di lingkungannya.
‘’Minimal masyarakat dapat menerapkan program 3 M (Menguras, Menutup dan Mengubur) sudah cukup tinggal bagaimana membudayakan gerakan 3 M,’’ pesannya.
Kepala Dinas kesehatan Kota Surabaya, drg. Febria Rachmanita menuturkan, hingga saat ini jumlah kasus DBD di Surabaya mencapai 59 kasus. Sebelumnya di bulan yang sama jumlah penderita DBD di kota pahlawan hanya 36 orang. Ada kenaikan yang tinggi penderita DBD hal ini membuat Dinkes Surabaya gencar melakukan fogging untuk daerah yang rawan penularan DBD. ‘’Untuk daerah yang rawan seperti Putat dan Benowo penyemprotannya harus menggunakan dua siklus,’’ terangnya.
Dijelaskannya, bertambahnya jumlah penderita Surabaya selain disebabkan karena kurang bersihnya masyarakat dalam membersihkan lingkungan juga disebabkan karena banyaknya jumlah penduduk yang tingga di Surabaya. ‘’Jika dilihat kota Surabaya tidak hanya dihuni oleh penduduk dari Surabaya, melainkan penduduk dari luar seperti Gresik dan Sidoarjo juga tinggal di Surabaya,’’ tegasnya.

Stok Darah
Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Surabaya saat ini banyak mendapatkan permintaan darah dari rumah sakit daerah seperti Jombang, Mojokerto, Lamongan, Bojonegoro, Sampang dan Bangkalan, sehingga stok  darah di UDD Surabaya sendiri juga mengalami penurunan.
“Penurunan stok darah ini sudah menjadi siklus tahunan, biasa setelah liburan panjang orang yang waktunya donor malah ditunda. Selain itu juga penurunan stok darah ini juga tidak terlalu besar sekitar 1 sampai 2 persen saja,” pungkas Kepala Humas UDD PMI Kota Surabaya, Agung Trijutanto.
Untuk itu pihaknya melakukan jemput bola ke beberapa instansi yang rutin menggelar donor darah. “Ada beberapa kendala sehingga para pendonor ini menunda, yang pertama karena musim hujan sehingga banyak yang mengurungkan niatnya untuk donor pas lagi hujan dan yang kedua karena memasuki anggaran baru sehingga banyak instansi yang lagi mengatur jadwal untuk mengadakan donor massal,” ujarnya.
Agung berharap supaya pendonor tidak lagi menunda waktunya donor karena akan membantu masyarakat yang lagi membutuhkan dan terbaring di rumah sakit.
Sementara itu,  PMI Jatim menginstruksikan kepada seluruh UDD PMI di daerah untuk meningkatkan stok produksi trombosit dua kali lipat.  “Kami sudah menginstruksikan kepada seluruh UDD di Jawa Timur khususnya ke daerah yang masuk dalam KLB untuk meningkatkan stok trombositnya menjadi dua kali mlipat dibandingkan stok hari biasanya,” ungkap Wakil Ketua PMI Provinsi Jawa Timur Bidang Usaha Kesehatan Unit Donor Darah, Pelayanan Sosial dan Kesehatan Masyarakat, dr Widatmoko Sunadji.
Ia menambahkan, sebenarnya stok trombosit di sejumlah daerah yang terdampak tidak kosong hanya stok trombosit ini di produksi terbatas karena ketahanan dari trombosit itu sendiri sangat minim, hanya bisa bertahan 2-3 hari saja untuk itu biasanya UDD hanya menyediakan stok trombosit sekitar 3-5 kantong saja.  [dna,riq]

Tags: