Jumlah Petani Jatim Terus Turun Hingga 3,4 Juta Orang

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Serikat Tani Muda Mandiri memperkirakan jumlah petani di Jatim tiap tahun berkurang hingga seribu orang. Bahkan dari data yang mereka miliki, meski jumlah petani di Jatim masih yang terbesar di Indonesia, namun jumlah mereka sudah menurun dan saat ini tinggal 3,4 juta petani.
“Jika pemerintah menyebut setiap tahun ada 500 ribu petani hilang di Indonesia termasuk di Jatim, saya kita di Madura yang paling banyak. Untuk itu perlu ada perhatian khusus dari Pemprov Jatim,” kata juru bicara Serikat Tani Muda Mandiri, Nur Rahmad Akhirullah, saat melakukan audiensi dengan Kepala Biro Administrasi Perekonomian Setdaprov Jatim, I Made Sukartha di Kantor Gubernur Jatim, Jumat (13/3) lalu.
Menurut dia, mayoritas petani di Madura saat ini bahkan telah melarang anaknya untuk meneruskan pertanian keluarganya. Alasannya menjadi petani tidak memiliki prospek kesejahteraaan yang baik. Para petani, saat ini hanya bertahan untuk mempertahankan hidup, tanpa adanya inovasi yang mampu mensejahterakan mereka.
Bahkan sebagian besar dari mereka juga sudah mulai membiarkan lahan pertaniannya kosong karena lebih memilih untuk mencari pekerjaan ke kota. “Saya berharap sekali Pemprov Jatim mau menyelesaikan masalah ini. Sebab bisa sangat berbahaya jika jumlah petani terus berkurang tidak ada anak muda yang mau bertani,” ungkapnya.
Menanggapi hal ini, Kepala Biro Administrasi Perekonomian Setdaprov Jatim, I Made Sukartha mengatakan, solusi untuk mengatasi krisis petani harus dilakukan secepatnya dan tak hanya dengan memberikan bantuan pupuk dan bibit saja. “Update pengetahuan pertanian juga diperlukan sehingga para petani tak selalu monoton dengan menanam padi dan jagung,” ujarnya.
Dia mencontohkan, bertanam aneka buah dan sayuran terbukti sangat menguntungkan dan bisa meningkatkan taraf hidup bagi petani. Jadi bertani tidak hanya melulu menanam padi atau jagung tapi juga hasil hortikultura lainnya yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
“Pemerintah juga akan memasukkan pertanian ini menjadi program utama. Kita akan mendata, kalau mereka perlu hibah nanti juga akan kita berikan ke kelompok-kelompok tani sehingga mereka bisa lebih bergairah lagi bertani,” kata dia.
Menurut dia, jika kondisi seperti dibiarkan terus menerus, tidak menutup kemungkinan 10-15 tahun mendatang Indonesia akan terjadi krisis pangan. “Ini sangat menyedihkan kalau dibiarkan begitu saja. Apalagi sudah ada orang tua yang melarang anaknya untuk menjadi petani karena tidak menyejahterakan. Ini kan bahaya,” terangnya.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Jatim melalui Kabid Produksi Pertanaman Pangan, Ir Nurfalakhi mengatakan, berkurangnya petani diantaranya juga disebabkan generasi muda yang lebih suka menjadi pekerja atau buruh dibandingkan mereka harus bertani.
Namun, seiring waktu Dinas Pertanian Jatim juga berupaya memberikan dorongan dengan adanya bantuan peralatan seperti handtraktor yang akhirnya mengubah minat petani muda untuk tetap bertani.
Dalam strategi peningkatan produksi tanaman pangan, lanjutnya, Pemprov Jatim juga berupaya melakukan peningkatan produktivitas dan mutu hasil, perluasan areal tanam (peningkatan IP dan perluasan lahan), pengembangan kawasan, pengamanan produksi, serta penguatan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usaha tani. [iib.rac]

Tags: