Juru Damai PDIP Itu Telah Berpulang

Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana ikut mengantarkan Ir Hj Sudjamik ke peristirahatannya yang terakhir di pemakaman umum Keputih, Kamis (30/10).

Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana ikut mengantarkan Ir Hj Sudjamik ke peristirahatannya yang terakhir di pemakaman umum Keputih, Kamis (30/10).

Surabaya, Bhirawa
Ibu dari Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana, Ir Hj Sudjamik (68th) meninggal dunia akibat gagal ginjal, Kamis (30/10) pukul 04.30 di Rumah Sakit Darmo Surabaya.
Almarhumah dimakamkan di samping almarhum suaminya, Sutjipto selaku mantan Sekjen DPP PDIP di pemakaman umum Keputih, Surabaya. Semasa hidupnya, Ir Hj Sudjamik dikenal sebagai tokoh perempuan yang ikut membesarkan PDI Perjuangan Jatim.
Menurut Wisnu Sakti Buana, ibunya sudah 1,5 tahun gagal ginjal dan harus cuci darah terus menerus. Ia menambahkan, mungkin ini yang terbaik bagi ibu. “Usia beliau juga sudah sepuh,” katanya.
Di kalangan banyak warga, Hj Sudjamik  dikenal sebagai pendamping setia Sutjipto. Tak hanya berkaitan urusan keluarga, juga di urusan internal partai. Ketika PDI Perjuangan didera konflik internal, Hj Sudjamik dengan setia tetap menemani Sutjipto meski terus berada dalam ancaman dari penguasa saat itu.
“Beliau tidak ingin ada gesekan di internal partai, dialah sang juru damai partai. Setiap ada masalah, Hj Sudjamik ikut mendamaikan,” kata Besari selaku Sekretaris PAC Sawahan periode 2010-2015 di rumah duka.
Dia mencontohkan, di Kecamatan Sawahan itu dulunya kepengurusan PAC ada perbedaan pandangan sehingga kerap terjadi  gesekan antar kader.
“Beliau langsung memanggil dan mewejangi para kader di rumahnya. Karena itu setiap masalah bisa diselesaikan secara damai karena keberadaan Hj Sudjamik,” ceritanya.
Besari menilai Hj Sudjamik adalah sosok penyelamat partai PDIP. Ketika PDI mengalami konflik internal antara kubu Sutjipto dan kubu Latif Pudjo Sakti, saat itu Sudjamiklah yang mampu mendamaikan keduanya.
“Memang berkonflik, tapi Bu Cip ini bisa menjaga hubungan baik dengan Bu Latif bahkan dengan Pak Latif. Ini harus dijadikan contoh bahwa persoalan politik tidak harus dikaitkan dengan persoalan pribadi,” ujarnya.
Sementara itu Gusnar Sunadi selaku mantan wakil Ketua PAC Tegalsari, dan sekarang menjadi relawan ini mengakui bahwa dia mendapat amanah dari Hj Sudjamik. Amanah itu berupa permintaan untuk  mengadzani jika Hj Sudjamik meninggal.
“Enak kowe ae wes seng dadi wong alim, nek aku wes gak onok awakmu ae seng ngadzani yo (enak kamu yang jadi orang alim, nanti kalau saya meninggal kamu saja yang mengadzani ya),” dialog  Hj Sudjamik pada Gusnar beberapa waktu lalu sebelum kepergiannya.
Gusnar sempat tidak percaya kalau diberi amanah akan hal itu. Yang paling membuat Gusnar tidak percaya lagi, dia tepat berulang tahun yang ke-54 bersamaan dengan meninggalnya Hj Sudjamik.
“Akhirnya saya izin ke Mas Seno (anak pertama Sudjamik) untuk mengadzani almarhumah di liang lahat tempat persemayaman terakhirnya di TPU Keputih,” akunya.
Terlihat di rumah duka saling berdatangan, termasuk Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan seluruh SKPD Kota Surabaya, Ketua DPRD Surabaya Armuji, Bambang DH mantan Wali Kota Surabaya, Ketua Fraksi PDIP Provinsi Jatim Handoyo, dan Bupati Nganjuk Taufikurahman, serta kader-kader PDIP lainnya.
Berjajar rangkaian bunga tanda berkabung dari berbagai instansi. Tidak sedikit dari rangkaian bunga tersebut berasal dari jajaran SKPD Pemkot Surabaya.
Wali Kota Surabaya Ir Tri Rismaharini turut berduka cita dan merasa kehilangan sosok Hj Sudjamik. Menurutnya, program permakanan lansia terinspirasi oleh aktivitas Hj Sudjamik semasa hidup. Risma menunggui jenazah hingga proses pemakaman. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka Jalan Pakis Tirtosari 18 Surabaya menuju Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih Surabaya pukul 13.00. [geh.dre]

Rate this article!
Tags: