Kabupaten Tuban Belajar Ilmu Pertanian ke Kab.Trenggalek

kagumi pertanian trenggalek.

Trenggalek,Bhirawa
Dalam kujunganya,komisi B DPRD Kabupaten Tuban merasa kagum dengan budidaya dan pengolahan pertanian yang  ada di Kabupaten Trenggalek.
Ketua rombongan, Rudi Hariyanto mengatakan jika sangat tertarik mengunjungi Trenggalek karena ada beberapa produksi pertanian, antara lain, Manggis, Durian, Kedelai dan Cacao sangat terkenal.” Kami sangat tertarik untuk mempelajari beberapa hal tentang budidaya dan pengolahan tanaman tersebut dan akan dicoba di Kabupaten Tuban, ” terangnya, Rabu (4/10) dalam acara diskusi dengan DPRD Trenggalek dan Kadis Disperta.
Menurut Rudi, buah Durian Trenggalek sangat terkenal di mana – mana dan sampai menembus pasar nasional. “Ini kesempatan bagi  kami untuk belajar karena secara geografis antara Tuban dan Trenggalek tidak jauh berbeda, ” imbuhnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Disperta) Kabupaten Trenggalek, Joko Surono mengatakan, secara umum Kabupaten Trenggalek adalah daerah terkurung dan dikelilingi oleh gunung.
Selain itu,sebagian besar tanah sawahnya masuk kategori sawah tadah hujan, yang artinya petani bisa bercocok tanam hanya pada musim penghujan.” Kami tidak putus asa dan terus berbenah dan memperbaiki semua sarana dan prasarana yang di anggap kurang maksimal, ” jelasnya.
Seiring berjalannya waktu perubahan di Trenggalek sangat signifikan.”Hampir semua tanaman bisa tumbuh baik, misalnya, Padi, Manggis, Durian, Pisang, Cacao, cengkeh dan tanaman lain, ” ungkapnya.
Joko menjelaskan, jika hasil produksi pertanian cukup luar biasa, misalnya, tanaman kedelai pada tahun 2017 mencapai 3,4 ton/ha.Selain itu, produksi Manggis adalah terbesar di Jawa Timur setelah Bannyuwangi serta Pisang yang bisa mencapai 200 ton/hari.
” Ini sangat luar biasa dan patut di apresiasi.Awalnya  tidak terlalu di perhitungkan tetapi kami bisa menjawab dan membuktikan sebagai salah satu kabupaten terbaik dalam hal pertanian, ” cetusnya.
Ditambahkan dia, hampir sebagian besar petani menggunakan pupuk organik, selain untuk meminimalisasi kandungan kimia yang terserap tumbuhan juga digunakan untuk mencegah hama wereng.
“Kami punya produk Bio Hayate yang bisa mencegah hawa penyakit dan terbukti sukses.Di Kecamatan Gandusari ada lahan seluas 1100 ha menggunakan pupuk organik dan Bio Hayate, dan hasil panen kedelainya mencapai 3 ton/ha, ” katanya.
Joko berharap agar produk Bio Hayate yang di kembangkan di Trenggalek bisa diterapkan di Tuban.” Selain bisa bekerjasama dibidang pertanian dalam rangka mensukseskan program nasional, pengembangan pasar Bio Hayate bisa meluas, ” pungkasnya. (wek)

Tags: