Kader NU Muda Sampang Kecam Bom Jakarta

Forum diskusi kader muda NU Sampang di kantor PC NU Sampang.

Forum diskusi kader muda NU Sampang di kantor PC NU Sampang.

Sampang, Bhirawa
Peristiwa bom di Jakarta beberapa waktu lalu, menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama bagi kita semua dalam berbangsa dan bernegara, hal ini menjadi salah satu indikator masih tumbuh suburnya paham radikalisme di Indonesia, sebab atas dasar agama apapun pengeboman yang terjadi di Jakarta tersebut tidak dibenarkan.
Oleh sebab itu, tidak ada kata lain selain menolak paham radikalisme yang mengatasnamakan agama, terlebih lagi jika mengatas namakan Islam. “Hal itu sangat tidak benar,” kata Addy Imansyah, Aktivis Muda NU Sampang, Sabtu (16/1).
Beberapa kader muda NU Sampang, dalam kajian yang difasilitasi oleh Lakpesdam NU di Kantor NU Sampang yang melibatkan, NNC (Nahdatun Nisak Center), PKD (Posko Kawal Desa), Kader Damai KRP, (Komunitas Rampak Naong), PC PMII Sampang, PC IPNU Sampang, PC IPPNU Sampang dan Pemuda NU Progresif, menyatakan menolak segala bentuk radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama.
Radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama dinilai menodai nama baik ormas Islam yang jika dibiarkan akan mengancam eksistensi ormas Islam ke depan. Oleh karena itu, kader NU Sampang merasa perlu menyatukan sikap untuk menghadapi segala bentuk ekstremisme dan radikalisme yang menggunakan nama agama.
Faisol Ramdhoni ketua Lakpesdam NU Sampang mengatakan, dengan terjadinya ledakan bom di Jakarta, pihaknya sebagai kader Muda NU Sampang mengecam keras tidakan teroris tersebut,  jika tindakan teroris tersebut mengatasnamakan agama.
Hal itu, kata Ramdhoni, adalah murni persoalan ideology radikalisme yang muncul di NKRI, dan salah satu pilihannya tidak ada lain harus melakukan gerakan deradikalisme dengan beberapa langkah kongrit, dengan mensosialisasikan nilai-nilai tawassut, ta’adul, tasamuh, dan membuat kajian-kajian strategis secara intensif di kader-kader muda NU.
“Setidaknya kita memulai bergerak dari hal-hal kecil untuk memberikan kontribusi terhadap masyarakat terkait pemahaman ideologi yang ramah tanpa kekerasan, selain persoalan ideologi, ada persoalan yang juga tidak kalah pentingnya terkait kemandirian ekonomi masyarakat, kita adalah penganut Islam Ramah bukan Islam Marah. Gerakan ekstremisme dan radikalisme sebenarnya hanya sebagian kecil dari umat Islam dan tidak disenangi oleh mayoritas umat Islam sendiri, karena yang mereka lakukan dan mereka ajarkan itu bukan orisinal ajaran Islam Indonesia.” tegasnya.
Dari diskusi kader muda NU, ada dua hal yang muncul dalam pembahasan, pertama terkait sosialisasi pemahaman ideologi dengan nilai-nilai tawassut, ta’adul, dan tasamuh, kemudian yang kedua terkait persoalan kemandirin ekonomi, membirikan pendampingan terhadap masyarakat yang memiliki keinginan kuat tentang usaha kecil menangah (UKM), dengan memberikan pendampingan modal, produk usaha, managemen pengelolaannya dan lain-lain, yang pada akhirnya akan menjadi percontohan usaha kemandirian, jika kita sudah sukses, maka hal ini akan berkembang ke masyarakat yang lain. [lis]

Tags: