Kadin Jatim-BKSP Gandeng IHK Jerman Terapkan Vokasi Dual System

Pertemuan dalam rangka peningkatan kerjasama antara BKSP, Kadin Jatim dan IHK Trier Jerman di Graha Kadin Jatim Surabaya, Rabu (9/8).

(Tingkatkan SDM Berkualitas Global)
Surabaya, Bhirawa
Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Jatim terus berupaya meningkatkan kompetensi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kerja. Hal ini dilakukan agar tenaga kerja di Jatim bisa bersaing dengan tenaga daerah lain atau bahkan tenaga kerja asing yang sudah mulai masuk ke Indonesia.
Bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, BKSP telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Kadin Jerman atau IHK Trier Jerman.
Ketua Umum Kadin Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti mengatakan, bahwa globalisasi dunia telah memaksa tenaga kerja Indonesia untuk lebih siap bersaing dalam dunia kerja. Mereka tidak hanya dihadapkan pada ketatnya kualifikasi yang diinginkan industri, tetapi juga pada kondisi ketatnya persaingan kerja karena semakin banyaknya tenaga asing yang menyerbu Indonesia, termasuk di Jatim.
“Untuk itu, bekal keahlian harus dimiliki agar mereka bisa memenuhi persyaratan yang dibuat industri dan agar lebih bisa bersaing,” ujar La Nyalla saat acara peningkatan kerjasama antara BKSP, Kadin Jatim dan IHK Trier di Graha Kadin Jatim Surabaya, Rabu (9/8).
Menurutnya, problem ketenagakerjaan di Indonesia saat ini adalah tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja di Indonesia masih didominasi pendidikan dasar, yaitu sekitar 63,2 persen.
Data BKSP Jatim menunjukkan tenaga kerja yang hanya lulusan SD pada 2017 mencapai 10,60 juta tenaga kerja atau lebih dari 50 persen dari jumlah angkatan kerja di Jatim yang mencapai sekitar 20,62 juta orang.
Sementara yang lulus SMP mencapai 3,54 juta tenaga kerja, lulus SMA sebanyak 2,71 juta tenaga kerja, SMK 2,06 juta tenaga kerja dan lulusan Diploma serta universitas sebanyak 1,69 juta jiwa.
Pada 2018, jumlah angkatan kerja diproyeksikan mencapai 20,78 juta jiwa dengan perincian, tenaga kerja lulusan SD sebanyak 10,58 juta orang, lulusan SMP sebanyak 3,53 juta orang, lulusan SMA sebanyak 2,74 juta orang , SMK sebanyak 2,14 juta tenaga kerja, dan diploma serta universitas sebesar 1,76 juta tenaga kerja.
Padahal perusahaan membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi tinggi. Dengan rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja, maka perusahaan masih harus melatih ulang lulusan pendidikan formal.
“Menyikapi kondisi tersebut, Pemprov Jatim telah mencanangkan target peningkatan rasio tenaga kerja yang lulus dari SMK akan semakin banyak. Pada  2010, rasio tenaga kerja lulusan SMA berbanding SMK mencapai 46,52 berbanding 53,48, pada 2015 naik menjadi 37,98 berbanding 62,02. Dan pada 2019 arah kebijakan Pemprov Jatim peningkatan rasio SMA berbanding SMK menjadi 30 berbanding 70,” terang Ketua BKSP Jatim Adik Dwi Putranto.
Untuk mencapai target rasio SMK sebesar 70 persen pada 2019, kata Adik, BKSP sebagai lembaga yang dibentuk Pemprov Jatim untuk membina lembaga diklat dalam rangka menyiapkan SDM yang berkualitas global telah melakukan sosialisasi dan kerjasama atau sinergitas dengan berbagai lembaga.
Sosialisasi yang telah dilakukan di antaranya adalah sosialisasi kompetensi kerjasama BKSP dengan Disnakertransduk Jatim dalam menghadapi MEA 2015 di seluruh Jatim. Selain itu, bersama Kadin Jatim dan Dinas Pendidikan Jatim, BKSP telah menjalin kerjasama dengan Kadin Jerman atau IHK Jerman untuk menerapkan metode pembelajaran dual system atau sistem ganda di seluruh SMK di Jatim. Sistem ganda  sebagai suatu bentuk yang dominan pada pendidikan dan pelatihan kejuruan di Jerman yang telah dikenal luas di dunia.
Menurut Adik, tujuan utama sistem ganda adalah untuk menjamin secara berkelanjutan keterserapan tenaga kerja pada pasar kerja tertentu sesuai perkembangan teknologi dan kebutuhan individu dan kebutuhan Dunia Usaha serta Dunia Industri (DUDI).
Selain sosialisasi dual system Jerman pada SMK se-Jatim, BKSP dan IHK Trier juga telah melakukan sinkronisasi kurikulum antara SMK dengan DUDI. Mendorong pembentukan kelompok mitra SMK-DUDI, melakukan  TOT yang diikuti SMK-DUDI, membuat buku program untuk memudahkan duplikasid serta melakukan duplikasi untuk implementasi dual system seperti di Jerman. “Untuk program selanjutnya pada 2018, kami menargetkan ada sekitar 30 SMK dan 30 Industri yang ikut mendukung program ini,” tambah Adik.
Sementara itu, Koordinator Program IHK Trier Andreas Gosche berharap DUDI lebih aktif lagi dalam pelaksanaan program ini. Tidak hanya dengan mengirimkan pelatih industri saja, tetapi juga ikut serta dalam pembahasan dan penentuan kurikulum yang akan dijadikan rujukan agar sinkronisasi antara dunia pendidikan dan DUDI bisa terjalin. Dampak positif selanjutnya, DUDI tidak kesulitan lagi mencari tenaga kerja yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. [ma]

Tags: