Kadin Malaysia Tertarik Investasi di Jatim

Jamhadi dan Dato Liew Sew Yee.

Jamhadi dan Dato Liew Sew Yee.

Surabaya, Bhirawa
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim kedatangan tamu istimewa di Graha KADIN Jatim, pada Selasa, 8 November 2016. Tamu tersebut ialah 20 delegasi dari The Associated Chinese Chambers of Commerce and Industry of Malaysia (ACCIM) atau Kamar Dagang dan Industri Malaysia perkumpulan Tiongkok.
Kedatangan rombongan ACCIM yang dipimpin Vice-President ACCIM, Dato Liew Sew Yee dalam acara “Dialog dan One on One Business Meeting” dengan Kadin Jatim.
Menurut Tim Ahli KADIN Jatim, Jamhadi, Rabu (9/11), pengusaha yang tergabung dalam ACCIM tertarik untuk berinvestasi di sektor makanan di Jatim.
Alasannya, pertumbuhan ekonomi di Jatim dibandingkan dengan provinsi lainnya masih terbilang bagus. Begitu pula jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Malaysia.
Dari data yang disebut Jamhadi, pertumbuhan ekonomi Jatim lebih tinggi dari Indonesia, yakni sebesar 5,6%. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,02%.
Pencapaian tersebut berbeda jauh dari pertumbuhan ekonomi di Malaysia yang tercatat hanya 3,4% dengan target peningkatan hingga 3,7%. Jamhadi mengatakan, berdasarkan pengakuan pengusaha Malaysia bahwa sebab pertumbuhan ekonominya melambat karena tekanan ekonomi global yang imbasnya terasa sampai sekarang.
Oleh karena itu, beberapa pengusaha Malaysia menilai tingginya pertumbuhan Indonesia diartikan daya beli masyarakat masih ada, sehingga memiliki potensi yang tinggi.
“Mereka sangat senang karena Jatim memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus, dan mereka tertarik berinvestasi ke Jatim karena kondisi ekonomi di negara mereka sangat sulit,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Vice-President ACCIM, Dato Liew Sew Yee mengatakan, para pengusaha ACCIM sangat tertarik dengan Indonesia yang memiliki potensi pasar yang besar, terutama di Jatim yang dinilai memiliki iklim investasi yang cukup bersahabat.
“Di ASEAN, Indonesia memiliki pasar yang besar, dan kondisi Surabaya atau Jatim sangat mendukung investor misalnya dari segi infrastruktur jalan maupun pelabuhan, dibandingkan dengan Jakarta akses mobilitas sudah sangat padat,” jelasnya.
Menurutnya, pengusaha makanan dan minuman olahan itu, Indonesia terus membuka kesempatan berinvestasi melalui berbagai kebijakan pemerintah seperti mempermudah perizinan hingga insetif-insentif lainnya.
“Orang-orang di sini juga lebih friendly untuk membantu kami menjajaki bisnis di Jatim. Saya sendiri tertarik untuk industri mamin seperti makanan berbasis bahan baku kacang, juga sektor perhotelan,” imbuh Liew.
Selain sektor makanan, ACCIM juga ingin berinvestasi di sektor perhotelan karena memiliki potensi yang masih bagus.
Berdasarkan data Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim, realisasi investasi Malaysia di Jatim pada kuartal III/2015 mencapai 4,58 triliun rupiah dengan menyerap 556 tenaga kerja, tetapi pada periode yang sama tahun ini turun hanya mencapai 0,84 triliun rupiah dengan penyerapan tenaga kerja 159 orang dari 8 perusahaan.
Total realisasi investasi di Jatim sampai triwulan ketiga tahun 2016 mencapai 118,63 trilun rupiah, atau mengalami kenaikan sekitar 10 % dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yakni 107,30 triliun rupiah. [ma]

Tags: