Kadin OJK dan BI Jawa Timur Gelar Coffee Morning

Coffee Morning Kadin, OJK dan BI Jatim

(Cari Solusi Pecahkan Masalah UMKM)
Surabaya, Bhirawa
Untuk mencari solusi dan memecahkan permasalahan yang terkait dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), BI Jatim dan Kadin Surabaya menggelar acara coffee morning. Coffee morning antara Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Surabaya bersama Bank Indonesia kantor perwakilan (BI KPw) Jawa Timur (Jatim) yang berlangsung pada Jumat, 12 Januari 2018, menjadi momen mencari solusi bersama terhadap kendala yang dialami pelaku usaha khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Jawa Timur.
Acara dihadiri oleh Kepala KPw BI Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah beserta jajarannya, Kepala OJK Regional Jawa Timur, Heru Cahyono, Ketua KADIN Surabaya, Dr Ir Jamhadi, MBA, beserta sejumlah pengurusnya, serta beberapa pelaku usaha di berbagai sektor di Jawa Timur. Acara dimulai pukul 08.00 WIB di Gedung Bank Indonesia Jawa Timur lantai 5, dengan diawali sambutan oleh Kepala BI KPw Jawa Timur, Difi. Kemudian dilanjutkan oleh Heru Cahyono, dan Jamhadi. Terakhir ialah sesi tanya jawab, saran atau masukan.
Melalui sambutannya, Difi menyampaikan bahwa Coffee Morning yang diinisiasi Bank Indonesia ini untuk mencari tahu kendala apa yang dihadapi pelaku usaha di Jawa Timur, sehingga Bank Indonesia bisa mengambil langkah-langkah demi mengembangkan ekonomi Jawa Timur.
Dikatakan Difi, pengembangan UMKM bukan hanya masalah modal, tapi ada hal lain. Misalnya perizinan, marketing, desain produk, dan lainnya. Makanya, untuk membantu UMKM berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia KPw Jawa Timur mendirikan co working space ‘Surabaya Creative Hub’, yang berada di kompleks Gedung Mayangkara milik Bank Indonesia di Jalan Darmo Surabaya.
Gedung 2 lantai ini menyediakan fasilitas berupa studio fotografi, business matching, Klinik UMKM, dan lain sebagainya. “Di gedung itu, kami akan memberikan nilai tambah untuk produk UMKM, dan pemasarannya kami kerjasama dengan KADIN. Kami membantu pelaku industri kreatif untuk mengembangkan usahanya,” kata Difi saat pemaparan di hadapan pelaku pelaku usaha.
Di samping itu, Difi mengemukakan bahwa Bank Indonesia dalam menjalankan tugasnya juga memiliki target, yakni mengendalikan inflasi dan menekan tingkat kelusuhan uang yang beredar di masyarakat. Target lainnya ialah tercapainya sistem pembayaran non tunai.
“Sekarang kita menuju national payment gateway. Jadi, masyarakat bisa memilih sistem pembayaran yang mudah. Tapi, saran kami, jika ingin menggunakan jasa pembayaran, gunakanlan jasa pembayaran dari dalam negeri. Sekarang banyak sistem pembayaran yang di belakangnya modal asing. Sehingga data nasabah bisa masuk ke luar negeri. Ke depan, data yang paling mahal adalah data nasabah,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua KADIN Surabaya, Dr Ir Jamhadi, MBA, menyampaikan terima kasihnya kepada Bank Indonesia berkat data ekonomi yang dirilis secara periodik. Menurut Jamhadi, bisnis di Jawa Timur meningkat, salah satunya didukung oleh data, baik data dari Bank Indonesia maupun data dari Badan Pusat Statistik (BPS). “Dengan membaca data, kami bisa memprediksi usaha. Sehingga bisnis kami berkembang berkat data tersebut,” kata Jamhadi.
Topik lain yang dibahas Jamhadi ialah tentang upayanya memperkuat UMKM. Jamhadi meminta kepada BI Jawa Timur agar dibuatkan even secara berkala, misalnya tiap 3 bulan sekali. Di event itu, nantinya BI bisa mengundang pelaku industri kreatif dari beberapa sektor usaha dari 16 sektor industri kreatif.
“Satu pertemuan misal 4 bidang di industri kreatif yang diundang. Disitu kita mapping, lalu dibuatkan program direktori produk. Dengan demikian, dari 6,4 juta pelaku UMKM yang ada di Jatim menurut data Dinas Koperasi dan UMKM, bisa dilakukan percepatan usaha melalui collective investment. Kita ingin di setiap sudut kabupaten/kota, ada UKM industri,” jelas Jamhadi, selalu Dewan Pendiri Surabaya Creative City Forum (SCCF) ini.
Jika itu direalisasikan, kata Jamhadi, bukan tidak mungkin Jawa Timur bisa lepas dari ketergantungan impor bahan baku melalui substutusi industri. Sebab, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 5,7% tahun 2016 lalu, 60% dari konsumsi impor.
“Kami targetkan, kontribusi 60% terhadap pertumbuhan ekonomi itu dari pelaku UMKM. Jika itu terjadi, maka saya yakin rakyat Jawa Timur lebih sejahtera. Sekarang, pelaku UMKM masih belum mampu untuk itu,” papar Jamhadi. [ma]

Tags: