Kadindik Siapkan Perbaikan Sarana UPT Pelatihan

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman melakukan inspeksi di UPT PPPK meninjau alat-alat praktik yang kebanyakan sudah tua. [adit hananta utama/bhirawa]

Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman melakukan inspeksi di UPT PPPK meninjau alat-alat praktik yang kebanyakan sudah tua. [adit hananta utama/bhirawa]

Dindik Jatim, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim telah menggelar uji kompetensi untuk siswa dan guru SMK sejak setahun lalu. Ini dilakukan agar mereka memiliki standarisasi kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Sayang, hal itu tak dapat maksimal lantaran minimnya fasilitas yang UPT Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (PPPK).
Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rahman mengaku telah mengetahui sejumlah persoalan di bengkel pelatihan produktif milik UPT PPPK. Diantaranya peralatan bengkel mesin yang sudah tua. Sehingga, perlu dilakukan langkah peremajaan dengan mendatangkan mesin baru yang sesuai kebutuhan sekarang.
“Mesin itu kalau sudah tua hasilnya tidak bisa presisi. Padahal, toleransi mesin itu ukurannya seperseribu mili meter,” kata Saiful, Minggu (12/4).
Mantan Kepala Badiklat Jatim ini mengaku, mesin yang sudah tua tidak mungkin digunakan untuk uji kompetensi yang menggunakan SKNNI. Karena itu, sebagian mesin itu harus diganti baru dan yang lama dapat dihibahkan ke sekolah.
“Sebenarnya kalau untuk latihan masih layak. Tapi kalau untuk ujian tidak bisa. Karena ujian standarnya bukan standar pendidikan, tapi standar perusahaan,” tutur dia.
Selain peralatan, anggaran yang digunakan untuk sertifikasi juga sangat minim. Hal ini bisa dilihat dari sasaran uji kompetensi untuk tahun ini hanya 3000 siswa. Padahal jumlah siswa se Jatim mencapai 631 ribu. Sehingga perbandingannya bisa mencapai 1 : 210 siswa.
Saiful mengakui, anggaran yang dibutuhkan untuk uji kompetensi ini memang tidak sedikit. Untuk 3000 siswa tersebut dibutuhkan anggaran sekitar Rp1,5 Miliar. Namun demikian, Saiful menegaskan pentingnya sertifikat kompetensi bagi calon lulusan SMK. Apalagi jelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ini, calon tenaga kerja akan diukur kompetensi sesuai standar yang diakui.
“Secara tidak langsung, pendidikan ini akan menopang pertumbuhan ekonomi di Jatim dengan mempersiapkan SDM yang berkualitas,” kata dia.
Kepala UPT PPPK Dindik Jatim Drs Sumardijono MSi menambahkan, buruknya sarana uji kompetensi paling banyak terdapat pada bengkela teknik mesin. Dia mencontohkan, dari sekitar 70 mesin bubut yang dimiliki, hanya delapan mesin yang memenuhi kualifikasi digunakan untuk uji kompetensi. Selain itu, mesin frais yang jumlahnya mencapai 30 unit, hanya empat yang direkomendasikan.
“Usianya sudah lebih dari 40 tahun. Jadi tidak dapat digunakan untuk uji kompetensi karena presisinya berkurang,” kata dia.
Sejatinya, bengkel yang dibangun dengan anggaran dari Bank Dunia itu sangat memadahi untuk pelatihan SMK. Dari segi bangunan, semua menggunakan standar internasional. Sayang, karena tidak pernah dilakukan peremajaan bengkel pelatihan produktif ini mengalami penurunan. Sebab, teknologi mesin terus mengalami perkembangan.
Sumardijono yakin, dengan langkah peremajaan yang dilakukan Dindik Jatim mendatang, layanan sertifikasi kompetensi siswa SMK akan semakin optimal. “Pak Kadis tau betul tentang teknik. Beliau juga paham mana yang harus ditingkatkan, mana yang harus diperbarui,” tutur dia. [tam]

Tags: