Kadindik Surabaya Tantang Sukses Program Adiwiyata

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan berdialog dengan peserta sekolah adiwiyata membicarakan kendala yang dihadapi guru dan kepala sekolah. adit hananta utama/bhirawa]

Kepala Dindik Surabaya Ikhsan berdialog dengan peserta sekolah adiwiyata membicarakan kendala yang dihadapi guru dan kepala sekolah. adit hananta utama/bhirawa]

Pemkot Surabaya, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya mulai bersiap menyambut program sekolah adiwiyata 2016 dari tingkat kota, provinsi, nasional hingga mandiri. Sekolah-sekolah yang telah terdaftar sebagai pelaksana pun ditantang kesanggupannya untuk melancarkan program yang fokus di bidang lingkungan ini.
Hal ini terungkap saat perwakilan sekolah pengimbas dan sekolah imbas adiwiyata berkumpul di Kantor Dindik Surabaya kemarin, Kamis (5/11). Dalam kesempatan itu, Kepala Dindik Surabaya Ikhsan menanyai setiap perwakilan sekolah yang siap maupun tidak siap.
“Yang tidak siap silahkan angkat tangan. Akan kita ganti sekolah sasarannya dengan sekolah lain. Surabaya ini punya 1.800 sekolah, tidak sulit untuk mencari 10 sekolah imbas untuk mengikuti adiwiyata,” tegas Ikhsan.
Ikhsan tidak mau sekolah yang sudah terdaftar sebagai peserta ternyata hanya pura-pura siap. Karena itu, bagi kepala sekolah yang tidak siap silahkan membuat surat pengunduran diri. “Silahkan buat surat, saya tidak akan memanggil kepala sekolahnya. Hanya sekolahnya saja yang langsung kita ganti untuk mengikuti adiwiyata,” tegas dia.
Sekolah yang tahun depan tidak siap, diminta Ikhsan untuk bersiap-siap lebih dulu. Barang setahun atau dua tahun yang akan datang sekolah sudah siap mengikuti. Tapi jika sudah siap, kepala sekolah seharusnya sudah membuat rancangan program kerja, modul lingkungan dan action plan kemarin. “Kalau misalnya baru siap tujuh tahun lagi juga tidak apa-apa, sambil menunggu kepala sekolahnya pensiun baru siap. Kita hanya ingin bekerja dengan orang yang mau kerja saja. Dari pada waktunya sia-sia untuk pura-pura siap,” kata dia lagi.
Dalam sekolah adiwiyata ini, setiap sekolah pengimbas memiliki 10 sekolah imbas. Persoalannya, antara sekolah imbas dan pengimbas kerap tidak ada komunikasi yang bagus. Sehingga banyak sekolah imbas yang mengeluh tidak ada pembinaan. Padahal, jika keduannya pro aktif persoalan ini dapat terjawab.
“Sekolah-sekolah adiwiyata ini merupakan pilihan dari program Surabaya Echo School (SES). Mereka yang dinilai baik diikutkan program adiwiyata,” ungkap mantan Kepala Bapemas dan KB Surabaya itu.
Sementara itu, Kabid Dikdas Dindik Surabaya Eko Prasetyoningsih mengungkapkan, kendala yang sering dihadapi sekolah sehingga tidak siap mengikuti adiwiyata karena renovasi gedung. “Seperti SDN Wonokusumo 1, 4 dan 7 kan ada pembangunan gedung. Sehingga mereka akan kesulitan jika tetap mengikuti program ini,” pungkas Eko. [tam]

Tags: